TEMPO.CO, Jakarta - Meksiko menghentikan sementara izin impor udang asal Indonesia. Sebab, udang Penaeus vannamei Indonesia ditemukan terinfeksi Infectious Myonecrosis Virus (IMNV). IMNV termasuk daftar salah satu penyakit udang yang berbahaya oleh The World Organisation for Animal Health (OIE).
Kementerian Perdagangan kini terus memantau perkembangan kasus ini. “Negara-negara tujuan ekspor produk perikanan Indonesia tidak hanya mempersyaratkan standar mutu pada produk perikanan asal impor, tapi juga standar kesehatan untuk dapat masuk ke pasar mereka,” kata pelaksana tugas Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Karyanto, Ahad, 19 Juni 2016.
Kementerian Perdagangan juga berkoordinasi dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) sebagai otoritas terkait, eksportir, dan asosiasi untuk mengisi kuesioner dari Meksiko serta mengantisipasi kunjungan otoritas Meksiko terkait dengan investigasi verifikasi hasil kuesioner. Hasil tersebut akan menentukan dibukanya kembali akses pasar udang Indonesia ke Meksiko.
Karyanto menambahkan, produk udang merupakan salah satu primadona ekspor perikanan Indonesia. Kasus semacam ini harus ditangani serius karena dapat mengurangi daya saing komoditas udang serta menyebabkan hambatan ekspor produk tersebut ke pasar luar negeri.
Ia berharap Kementerian Kelautan dan Perikanan terus melakukan pembinaan dan berkoordinasi dengan semua asosiasi produsen dan eksportir produk perikanan Indonesia. "Hal ini dilakukan untuk memenuhi standar kesehatan agar kelancaran ekspor produk perikanan, khususnya komoditas udang, Indonesia tetap terjaga,” ujarnya.
Nilai ekspor produk udang Indonesia ke Meksiko pada 2015 sebesar US$ 254 ribu. Dikhawatirkan kasus ini akan menimbulkan efek domino negatif kepada negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk juga mempersyaratkan standar kesehatan dan sertifikasi bebas virus pada produk udang Indonesia.
Potensi kerugian Indonesia akibat terhambatnya ekspor udang ke Amerika Serikat sebesar US$ 634,5 juta dan ke Jepang sebesar US$ 78,2 juta. Jika dilihat secara total dari semua pasar tujuan ekspor, potensi kerugian sebesar US$ 1,35 miliar.
PINGIT ARIA