TEMPO.CO, Semarang - Harga daging sapi tinggi tidak masalah bagi pedagang bakso di Jawa Tengah. Mereka mengalihkan bahan baku dari daging sapi ke daging ikan. Mereka bahkan mengkampanyekan penggunaan bakso dari ikan yang akan diluncurkan pada 13 Mei 2016.
“Bakso ikan sebagai alternatif ketika harga daging sapi tinggi. Bakso daging ikan justru menguntungkan bagi pedagang bakso,” kata Ketua Persatuan Pedagang Bakso Jawa Tengah Lasimin, Senin, 9 Mei 2016.
Peluncuran bakso daging ikan yang berlangsung di Dinas Koperasi Jawa Tengah itu diklaim sebagai awal kampanye penggunaan bakso ikan secara nasional. “Kami akan berputar menikmati bakso ikan laut ke SKPD Provinsi di Jawa Tengah,” kata Lasimin.
Menurut dia, bakso dari bahan baku ikan justru lebih hemat daripada bakso dari daging sapi yang saat ini harganya mencapai Rp 110 ribu per kilogram. Selain ekonomis, bahan baku bakso dari daging ikan jenis bandeng, tongkol, dan tuna itu justru dinilai lebih kaya protein dan gizi dibanding dengan bakso sapi.
Tercatat bahan baku daging ikan segar untuk bakso lebih murah, yakni Rp 40 ribu per kilogram, jauh lebih murah dibanding harga daging sapi lokal yang mencapai Rp 110 ribu. Dengan bahan baku yang lebih murah itu, pedagang bakso bisa menjual satu porsi makanan hanya Rp 7 ribu. “Sedangkan satu porsi bakso daging sapi kami jual dengan harga Rp 15 ribu,” kata Lasimin.
Lasimin mengaku selama ini 70 persen daging di pasaran dikonsumsi lewat produk olahan bakso, sedangkan 30 persen sisanya dikonsumsi masyarakat langsung dengan mengolah sendiri. Selama ini pedagang bakso rata-rata menggunakan daging sapi antara 10 hingga 20 kilogram per hari dengan jumlah pedagang yang mencapai 15 ribu orang.
Peternak sapi asal Desa Kalisidi, Kecamatan Ungaran Barat, Kabupaten Semarang, Harjunantyo Ardiansyah, menyatakan beralihnya pedagang bakso ke bahan baku ikan tak akan mengurangi semangat peternak memelihara sapi potong. “Harga daging tetap stabil hingga Idul Adha, dan pemerintah akan menggelontorkan impor daging,” kata Harjunantyo.
Ia menyatakan kenaikan harga daging yang terjadi saat ini karena didorong oleh kebutuhan daging di masyarakat yang sangat tinggi. “Itu di luar untuk bakso karena juga untuk bahan baku sosis dan restoran, serta dijual langsung ke pedagang daging,” kata Harjunantyo.
Menurut dia, menuntut peternak menjual daging dengan harga rendah juga dinilai tak rasional. Ia memastikan harga daging tinggi memacu peternak kecil di desa yang sebelumnya meninggalkan pekerjaannya kembali memelihara sapi.
Harjunantyo menilai selama ini hanya peternak besar yang menikmati penjualan daging karena punya modal dan jaringan market. Sedangkan peternak kecil yang bermodal lima hingga enam ekor sapi bergantung pada Rumah Potong Hewan dan pedagang di pasar.
EDI FAISOL