TEMPO.CO, Jakarta - Badan Pusat Statistik mencatat, angka pertumbuhan ekonomi triwulan pertama 2016 hanya 4,92 persen. Angka ini lebih rendah dibanding perkiraan sejumlah analis dan Bank Indonesia sebesar 5 persen.
Namun, menurut Kepala BPS Suryamin, pertumbuhan ekonomi pada tiga bulan pertama 2016 ini cukup meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu. Pada triwulan I 2015, pertumbuhan ekonomi Tanah Air hanya 4,73 persen.
Suryamin mengatakan penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan awal ini wajar. "Pada triwulan I, biasanya kegiatan-kegiatan ekonomi baru dimulai. Apalagi pembandingnya adalah triwulan IV, di mana ada penggenjotan anggaran dari pemerintah dan swasta," katanya di kantornya, Rabu, 4 Mei 2016.
Penurunan pertumbuhan ekonomi pada triwulan pertama ini karena adanya kontraksi yang terjadi pada beberapa lapangan usaha, seperti pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, konstruksi, serta perdagangan besar-eceran reparasi mobil-sepeda motor. Selain itu, dari sisi pengeluaran, terjadi pertumbuhan yang negatif di beberapa komponen.
"Ekspor dan impor turun. Ekspor turun sebesar 3,88 persen, dan impor turun sebesar 4,24 persen," ujar Suryamin.
Kendati demikian, berdasarkan catatan BPS, terdapat beberapa sektor yang pertumbuhannya cukup bagus. Berdasarkan data pertumbuhan triwulanan (quarter to quarter), sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan mengalami pertumbuhan tertinggi, yakni 14,43 persen. "Kemudian sektor jasa perusahaan tumbuh 2,25 persen, dan sektor real estat tumbuh 1,77 persen," tuturnya.
Sementara itu, berdasarkan data pertumbuhan tahunan (year on year), sektor yang tumbuh cukup tinggi adalah sektor jasa keuangan dan asuransi sebesar 9,1 persen serta sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 8,52 persen. "Serta sektor informasi dan komunikasi sebesar 8,28 persen," ucapnya.
Dari sisi pengeluaran, menurut Suryamin, pertumbuhan tertinggi dicapai komponen pengeluaran konsumsi lembaga nonprofit rumah tangga sebesar 6,38 persen. Sementara itu, komponen pembentukan modal tetap bruto tumbuh 5,57, pengeluaran konsumsi rumah tangga tumbuh 4,94, dan pengeluaran konsumsi pemerintah tumbuh 2,93 persen.
ANGELINA ANJAR SAWITRI