TEMPO.CO, Bangkalan - Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Bangkalan Puguh Santoso mengatakan pemerintah daerahnya menawari investor yang bersedia membangun pabrik tekstil di Bangkalan, Jawa Timur. Investasi itu dibutuhkan karena ketersediaan bahan baku kain masih bergantung dari Pekalongan. "Dulu pernah ada pabrik tekstil di Kecamatan Kamal, tapi gulung tikar karena krisis," kata Puguh, Senin, 28 Desember 2015.
Kebutuhan kain pengrajin batik tulis Bangkalan relatif tinggi. Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bangkalan mencatat setiap tahun nilai transaksi kain ini mencapai rata-rata Rp 6,9 miliar. Setiap pekan satu kelompok perajin batik tulis mampu menghasilkan 10 lembar ukiran batik atau rata-rata 40 ribu lembar per bulan.
Adapun harga kain Rp 20 ribu per lembar. Dengan jumlah perajin sebanyak 1.500 orang yang tersebar di Kecamatan Tanjung Bumi, Kota, Kokop, Modung, dan Burneh, Puguh menilai pabrik tekstil adalah bisnis yang menjanjikan. Apalagi keberadaan perajin batik tidak hanya di Bangkalan, tapi juga ada di Kabupaten Pamekasan dan Sumenep. "Saya siap presentasikan peluang pabrik tekstil kalau ada investor berminat," ujar Puguh.
Selain pabrik tekstil, pada 2016, pembangunan pabrik olahan daging dan pakan sapi akan menjadi program prioritas Disperindag Bangkalan.
Kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah Bangkalan Ishak Sudibyo menilai pembangunan pabrik tekstil sangat bagus, tapi sulit terlaksana dalam waktu dekat. Kendalanya, kata dia, di Bangkalan hingga kini belum ada perkebunan kapas yang merupakan bahan baku pembuatan kain. "Agar terealisasi butuh dukungan lintas instansi."
Menurut Ishak, yang paling mungkin segera direalisasikan adalah potensi industri daging olahan atau daging mentah yang bisa dikirim ke mal dan supermarket. Apalagi kualitas daging sapi di Bangkalan terbaik kedua di Indonesia setelah Bali.
MUSTHOFA BISRI