TEMPO.CO, Jakarta - Bank Muamalat Indonesia tahun depan akan memfokuskan pada peningkatan jumlah nasabah yang aktif menggunakan tabungannya untuk bertransaksi. "Kami menargetkan kenaikan jumlah nasabah aktif sebesar 37 persen. Kami akan dorong dan kampanye supaya angka itu tercapai," kata pejabat eksekutif Bank Muamalat Purnomo B. Soetadi di Gedung Muamalat Tower, Jalan Prof Dr Satrio No. 18, Jakarta Selatan.
Menurut dia, ada perbedaan yang signifikan antara nasabah yang aktif melakukan aktivitas transaksi dan yang tidak aktif. "Saldo rata-ratanya beda. Semakin sering tabungan digunakan untuk transaksi, semakin tinggi saldo rata-ratanya," Purnomo berujar.
Baca Juga:
Ia mencontohkan, jika seseorang memiliki dua tabungan, tentu saldo terbesar yang ia simpan adalah pada rekening tabungan yang sering digunakan transaksi. Semakin banyaknya jumlah nasabah aktif, secara otomatis akan meningkatkan jumlah saldo di bank.
Purnomo berharap peningkatan nasabah aktif akan mendongkrak pendapatan nonbunga (fee based income). "Peningkatan nasabah aktif kami harapkan akan menaikkan fee based income hingga 20 persen," katanya.
Fee based income Bank Muamalat berasal dari tiga revenue di antaranya margin pembiayaan kredit perumahan rakyat, multiguna, UKM, usaha mikro, dan dana pensiun. "Sejauh ini, KPR menjadi sumber fee based income, dengan total outstanding Rp 8 triliun," kata Purnomo.
Tahun depan, ucap Purnomo, penyediaan KPR akan difokuskan di kota golongan 1 dan 2, yaitu kota besar dan penyangga. Hal ini karena keterbatasan Muamalat sehingga tidak bisa menjual KPR di setiap kota. "Kami hanya menyasar kota tertentu dan nantinya akan mencoba bekerja sama dengan para developer."
Kerja sama dengan pengembang perumahan dilakukan, menurut Purnomo, karena biasanya orang yang ingin mengajukan aplikasi kredit tidak menghubungi kantor cabang bank, tetapi langsung ke pengembang. "Sebanyak 95 persen nasabah biasanya apply langsung di kantor developer. Oleh karena itu, kami akan bekerja sama dengan developer," katanya.
LARISSA HUDA