TEMPO.CO, Jakarta - Beras impor membanjiri pasar-pasar di Jambi. Beras impor berharga rendah yang diduga didatangkan secara ilegal tanpa pembayaran berbagai pajak itu dikirim dari Vietnam dan Thailand.
Bagaimana barang haram itu bisa dengan mudah merembes ke pasar? Berdasarkan penuturan importir bahan pangan di Jakarta, beras selundupan yang sudah berlangsung beberapa tahun ini dikirim menuju Pelabuhan Klang di Malaysia. “Sekali jalan belasan ribu ton saja,” katanya.
Dari Malaysia, kapal mengangkut ribuan ton beras menuju perairan Sumatera. Kawasan yang menjadi favorit para penyelundup antara lain Asahan (Sumatera Utara), Kuala Tungkal (Jambi), Palembang (Sumatera Selatan), serta perairan Riau dan Kepulauan Riau.
Barang yang datang dari Malaysia itu dialihkan ke kapal-kapal kecil yang menunggu di dekat garis pantai. Dengan kapal kecil, volume beras dipecah menjadi 100-200 ton sekali angkut. “Armada ini bisa masuk ke pedalaman sungai, langsung menuju gudang, untuk berganti kemasan,” ujar importir itu.
Keberadaan Sungai Batanghari, Batara, Pangabuan, Serdang, Mendahara, dan Nipah Panjang menjadi berkah bagi penyelundup dalam menjalankan aksi haramnya di Jambi. Hanya kapal berukuran kurang dari 3.000 gross ton yang bisa melewati sungai.
“Di beberapa kawasan pinggir sungai, berdiri gudang-gudang beras yang ditengarai sebagai tempat penimbunan,” tutur importir itu. Perjalanan beras dari Vietnam Selatan menuju gudang di Sumatera membutuhkan waktu empat hari.
TEMPO