TEMPO.CO, Jakarta- Penerbangan dari dan ke Bandara Moses Kilangin Timika, Papua, Jumat pagi hingga siang, 16 Oktober 2015 lumpuh total akibat kabut asap yang semakin tebal di wilayah itu, kata Kepala Dinas Perhubungan, Komunikasi, dan Informatika Mimika John Rettob, yang bahkan menyatakan penerbangan telah lumpuh sejak kemarin, 15 Oktober 2015.
Kemarin hanya ada satu maskapai yang mendarat di bandara ini, namun pesawat Garuda Indonesia rute Jakarta-Denpasar-Timika-Jayapura itu memutuskan langsung terbang lagi ke Denpasar karena bandara ditutupi asap tebal.
Hari ini, semua maskapai membatalkan penerbangan ke Timika.
"Tadi siang sekitar pukul 13.00 WIT, kami memutuskan tidak ada lagi pesawat yang masuk Timika karena kabut asap semakin pekat dengan jarak pandang hanya sekitar 400 meter. Kita berharap mudah-mudahan esok kondisi cuaca jauh lebih baik sehingga semua aktivitas penerbangan kembali normal," kata John.
John mengaku menerima telepon dari para penumpang yang berada di Jakarta, Denpasar, Makassar, dan Jayapura yang menanyakan kondisi cuaca di Timika. Para penumpang mengaku tidak mendapat kepastian jadwal keberangkatan mereka kembali ke Timika.
"Kami sudah berupaya menjelaskan kepada para penumpang bahwa sebenarnya mereka bukan ditelantarkan, tetapi kondisi cuaca kita di Timika memang demikian. Para pilot dari semua operator penerbangan juga masih menunggu kondisi cuaca di Timika bisa membaik atau tidak. Kalau kondisi cuaca baik, tentu pesawat bisa berangkat, demikian sebaliknya," ujar John.
Kabut asap yang menutupi Kota Timika merupakan kabut asap kiriman dari wilayah Merauke, Mappi, dan sekitarnya.
Prakirawan Cuaca Stasiun Meteorologi Kelas III Timika, Fitria Nur Fadillah, mengatakan berdasarkan data pantauan satelit, ada beberapa titik api di Merauke, Mappi, dan sekitarnya, yang kini terus bertambah sehingga memicu kabut asap pekat di sejumlah wilayah pesisir selatan Papua, seperti Timika dan Asmat.
Ia mengatakan asap yang ditimbulkan akibat kebakaran di wilayah Merauke dan sekitarnya menimbulkan efek yang sangat terasa di wilayah Timika dan daerah lain di pesisir selatan Papua.
ANTARA