TEMPO Interaktif, Jakarta:Pada tahun 2001 sekitar 50 persen anak berumur 12-23 bulan tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup.
Dari 20 juta balita di Indonesia yang berumur enam bulan hingga lima tahun, setengahnya menderita kekurangan vitamin A. Kesimpulan itu disampaikan Amy L. Rice, PhD, Direktur Program Vitamin A dari Helen Keller Indonesia (HKI), dalam acara seminar untuk media massa tentang vitamin A, di Ruang Dirgantara, Hotel Ambhara, Jakarta, Selasa (29/7) pukul 10.00 WIB.
Data yang disampaikan Rice adalah hasil penelitian yang dilakukan World Health Organization (WHO) pada tahun 1992. Data WHO tahun 1995 menyebutkan Indonesia adalah salah satu negara di Asia yang tingkat pemenuhan terhadap vitamin A tergolong rendah. Pada seminar ini, Amy sebagai pembicara menjelaskan manfaat vitamin A. Menurutnya, vitamin A berguna untuk menambah daya tahan tubuh, pertumbuhan dan perbaikan sel, dan fungsi penglihatan. Sebaliknya, jika kekurangan vitamin A akan memperlemah daya tahan tubuh, resiko tinggi terhadap penyakit menular, kebutaan bahkan kematian.
Kekurangan vitamin A dampaknya bisa bermacam-macam. Namun, yang biasa terjadi adalah tidak bisa melihat jelas ketika berada di tempat yang kurang terang. Oleh karena itu, sering dikatakan rabun ayam atau rabun senja. Namun, penyakit tersebut tidak ada hubungannya dengan rabun jauh atau rabun dekat. Kalau sudah rabun senja, hanya bisa dikurangi efeknya. Kalau katarak dan kebutaan, tidak bisa diobati., ujar Amy.
Amy menambahkan, mencegah kekurangan vitamin A akan mengurangi resiko kebutaan dan mengurangi angka kematian anak-anak hingga sekitar 25 persen di area-area beresiko tinggi kekurangan vitamin A, misalnya Aceh. Amy menekankan, untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut, masyarakat harus mulai memperbaiki pola makan sehari-hari dengan memakan makanan yang banyak mengandung vitamin A. Selain itu, dapat juga dicegah dengan mengonsumsi suplemen-suplemen vitamin.
Siti Halati, Manajer Operasi Lapangan Nutrition and Health Surveillance System (NSS), mengatakan, masyarakat saat ini dapat dengan mudah memperoleh makanan yang mengandung vitamin A. Misalnya, dari sayuran yang berwarna hijau, kuning dan merah, buah berwarna kuning/merah, sumber hewani dan makanan yang difortifikasi (ditambah bahan-bahan yang mengandung vitamin ketika diolah). Siti menjelaskan, bayi yang baru lahir hingga tiga tahun, memerlukan vitamin A sebanyak 350 RE (Retinol Equivalent) setiap hari. Itu sama dengan tiga butir telur ayam atau bayam sebanyak 250 gram, ucap Siti.
Menurut penelitian NSS, dan departemen kesehatan pada tahun 2001, sekitar 50 persen anak berumur 12-23 bulan tidak mengonsumsi vitamin A dengan cukup dari makanan sehari-hari. Karena banyak anak beresiko kekurangan vitamin A, diperlukan program intervensi seperti suplementasi kapsul vitamin A, ujarnya.
Program intervensi tersebut sudah dilaksanakan, yaitu dengan program Pemberian Vitamin A secara gratis kepada anak-anak yang berusia enam bulan hingga lima tahun. Program ini dilaksanakan setiap bulan Februari dan Agustus melalui Posyandu. Vitamin A yang diberikan ada dua jenis, kapsul biru dan kapsul merah. Kapsul biru untuk bayi usia 6-11 bulan, kapsul merah untuk balita usia 12-59 bulan.
Riza Adirza, Asisten Program Vitamin A Helen Keller, mengatakan, target program ini adalah seluruh propinsi di Indonesia yang mencakup 350 kabupaten yang terdapat 250 ribu pos pelayanan terpadu (posyandu). Hasilnya, dikutip dari Indonesia Crisis Bulletin edisi Januari 2003, pada Agustus 1999, bayi usia 6-11 bulan di wilayah pedesaan dan perkotaan yang memperoleh vitamin A dari program tersebut masih rendah, sekitar 26-55 persen, sedangkan pada Februari 2002 meningkat hingga tiga kali lipat. Untuk balita usia 12-59 bulan di wilayah pedesaan dan perkotaan, yang memperoleh vitamin A hanya sebesar 35-74 persen, sedangkan pada Februari 2002 kenaikannya hampir dua kali lipat.
Adapun usaha-usaha yang sudah dilakukan untuk menyebarluaskan program ini adalah melalui media elektronik, seperti iklan di televisi dan radio. Selain itu juga melalui selebaran, poster, stiker dan peristiwa-peristiwa khusus, seperti hari Anak Nasional (2001 dan 2003) serta roadshow Ibu, Bayi dan Balita (2003).
Hellen Keller International hadir secara aktif di Indonesia sejak awal tahun 1970-an untuk memberikan bantuan teknis kepada pemerintah Indonesia dalam program vitamin A yang bermula dengan pelaksanaan evaluasi pada tahun 1973. Dengan dukungan dari United States Agency for International Development (USAID), HKI terus menjalin kerja sama dengan pemerintah Indonesia, di mana HKI mengembangkan kapasitas teknisnya dalam bidang penanganan defisiensi vitamin A, pengawasan gizi, dan katarak.
Hasil kerja HKI di Indonesia telah mampu menghasilkan pengetahuan ilmiah mengenai vitamin A. Hal ini mencakup pemeloporan penelitian di awal 1980-an, menemukan kaitan antara defisiensi vitamin A dengan kematian pada anak-anak. Selain itu, penemuan baru yang menunjukkan bahwa kandungan vitamin A yang terdapat pada sayur-sayuran dan buah tidak sebanyak yang terdapat pada produk hewani, seperti hati, telur, daging, dan susu.
(Ariyanti)