TEMPO.CO, Malang - Pemerintah Provinsi Jawa Timur memberikan subsidi biaya angkut selama Perusahaan Umum Bulog melakukan operasi pasar untuk mengendalikan harga beras. Subsidi ini diberikan agar harga beras sama di setiap daerah, yakni Rp 7.400 per kilogram.
Bulog menggelontorkan beras kualitas medium sebanyak 80 ton melalui operasi pasar sejak dua hari terakhir di sejumlah pasar tradisional. "Operasi pasar dilakukan serentak di semua daerah di Jawa Timur. Tujuannya, mengendalikan harga beras di pasaran," kata Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf di Malang, Jumat, 27 Februari 2015.
Saifullah meminta warga Jawa Timur tidak panik dan tidak melakukan aksi borong, karena hal itu akan memicu harga beras semakin melambung. Dia menegaskan persediaan beras di Jawa Timur cukup hingga delapan bulan mendatang.
Kepala Bulog Subdivisi Regional Malang Arsyad menambahkan, Jawa Timur adalah salah satu lumbung padi nasional. "Cadangan beras di Bulog Divisi Regional Jawa Timur sampai delapan bulan mendatang," kata Arsyad.
Adapun beras di gudang Perum Bulog Malang, kata Arsyad, cukup hingga enam bulan mendatang. Total persediaan beras di wilayah Perum Bulog Subdivisi Regional Malang sebanyak 30, 5 ribu ton. Beras itu digunakan untuk memasok kebutuhan keluarga miskin di wilayah Kabupaten Malang, Kota Malang, Kota Batu, Kabupaten Pasuruan, dan Kota Pasuruan.
Menurut Arsyad, kelangkaan beras di pasaran menyebabkan harga beras melonjak. Beras langka lantaran sejumlah pedagang beras skala besar tengah libur Imlek. Selain itu, musim hujan dan banjir menghambat distribusi beras. Arsyada mengatakan hujan membuat gabah kering lebih lama, sehingga proses penggilingan tertunda. Padahal, sebagian petani sudah mulai memanen padi.
Kelangkaan beras ini membuat konsumen panik dan memborong beras. Karena itu, operasi pasar akan terus dilakukan hingga harga beras di pasaran stabil.
Pengadaan beras Bulog pada tahun ini ditargetkan 70 ribu ton. Namun, sejak tiga bulan terakhir, Perum Bulog belum bisa menyerap beras dari petani.
EKO WIDIANTO