TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral diminta tak terlalu yakin bahwa semua unit pengolahan dan pemurnian mineral (smelter) terbangun dalam waktu dekat. Sebab, investasi untuk pembangunan smelter memerlukan dana besar, sementara pengusaha dihadapkan pada larangan ekspor bahan mentah yang selama ini menjadi aktivitas utama mereka.
"Sampai saat ini saja baru lima smelter yang sudah ada, dari 55 perusahaan yang mengajukan," kata Menteri Perindustrian Mohamad Suleman Hidayat, Rabu, 23 April 2014. "Kalau ada yang bilang sudah banyak, itu bohong. Jadi Kementerian Energi jangan terlalu optimistis semua orang akan membangun."
Hidayat mengatakan dia bukannya tak ingin optimistis smelter akan terbangun sesuai dengan target Kementerian Energi. Namun investasi untuk satu smelter memang besar, yakni berkisar US$ 1-1,2 miliar. "Jadi itu sangat capital intensif. Tahun ini bisa lima-enam unit smelter terbangun saja sudah bagus," ujarnya. (Baca:Tiga Perusahaan Masuk Eksportir Mineral Terdaftar)
Menurut dia, dengan nilai investasi yang sangat besar ini, kewajiban membangun smelter memang menjadi hal yang berat bagi para pengusaha tambang. Ia sendiri tak pernah mengharapkan pembangunan smelter secara masif. "Tetapi yang penting adalah para pemilik konsesi dari mineral tersebut bisa mensuplai kepada pemilik smelter yang sudah ada," ujarnya.
Saat ini progres pembangunan smelter memang tidak selancar yang diharapkan pemerintah. Tetapi sejumlah smelter memang tengah dibangun. "Dibandingkan lima tahun yang lalu setelah diberi masa transisi, tidak satu pun yang membangun," kata Hidayat. (Baca:Freeport dan Newmont Belum Kantongi Izin Ekspor)
Hidayat mengatakan kebanyakan smelter yang sedang memasuki tahap pembangunan saat ini dibangun secara terintegrasi. Dia mencontohkan, progres pembangunan smelter di Morowali saat ini sudah mencapai 60 persen. Pembangunannya mencakup pelabuhan di Bintan, jalan, dan pembangkit. "Itu saja selesainya rata-rata baru tahun 2017," ujarnya. (Baca:Kementerian Energi Diminta Siapkan Roadmap Smelter )
AYU PRIMA SANDI
Terpopuler :
Rizal Djalil Terpilih Sebagai Ketua BPK
BTN Dicaplok Mandiri, Pengusaha Properti Resah
Airport Tax Bandara Soekarno-Hatta Bakal Naik