TEMPO.CO, Jakarta - Pengamat Ekonomi dari Institute for Development of Economic and Finance (Indef), Aviliani menegaskan Indonesia tak akan bermasalah dengan kredit macet untuk kendaraan murah. Pasalnya, sudah menggunakan teknologi informasi yang menghubungkan antara debitur dengan perusahaan multifinance.
"Nanti di Otoritas Jasa Keuangan akan terlihat rekam jejak para debitur apakah ada yang double kreditnya tau tidak. Berbeda dengan Thailand yang masih konservatif sistem kreditnya," kata dia saat dihubungi Tempo, Rabu, 25 September 2013.
Justru, Aviliani khawatir dengan jebolnya anggaran untuk Bahan Bakar Minyak (BBM) Bersubsidi. Dengan adanya program mobil murah ini kemungkinan besar kuota BBM subsidi akan nambah. Dalam pagu indikatif tahun 2014, pemerintah mengalokasikan sekitar 50 juta kilo liter. "Adanya mobil murah bisa nambah," ujarnya.
Akibatnya, Aviliani berujar kembali, defisit anggaran akan terus bertambah. Sebab, penyumbang defisit terbesar yakni dari sektor migas. "Ini yang semestinya pememerintah memikirkan ke arah sana," tutur dia.
Avilian juga melihat mobil murah ini cenderung banayak diminati oleh konsumen yang sudah punya mobil atau pembeli kedua. "Kebanyakannya pembeli kedua, pembeli pertama ada namun sedikit."
ERWAN HERMAWAN