TEMPO.CO, Jakarta- Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan bahwa kendati ada reaksi minyak mentah dunia terhadap gejolak di Mesir, namun imbasnya terhadap Indonesia belum dapat diprediksi. "Ini disebabkan karena suplai minyak dunia di tahun ini juga agak meningkat," kata Chatib di Lapangan Banteng pada Senin, 8 Juni 2013.
Chatib mengatakan bahwa sentimen negatif akibat terganggunya jalur distribusi di Terusan Suez memang akan berdampak seketika terhadap pasar. Di satu sisi, gejolak Mesir menimbulkan tekanan harga minyak yang mengalami peningkatan.
"Peningkatan itu kelihatan pada minggu lalu di Amerika Serikat yakni terjadi lonjakan harga minyak mentah dari US$ 99 ke US$ 101 ribu per barel," kata Chatib. Berdasarkan data dari WEST Texas Intermediate (WTI) yang diakses pada pukul 10.40 WIB, harga minyak mentah dunia sudah menyentuh level US$ 103,52 per barel.
Namun di sisi lain, kata Chatib, rencana produksi minyak pada 2014 adalah lebih besar dari permintaan. Dengan begitu, harus ada kajian sejauh mana dampak politik Mesir. "Tetapi efek global yang menjadikan harga minyak mentah dunia itu tidak bisa (diprediksi) jika memakai satu hari sebagai acuan."
Gejolak Mesir bisa saja selesai dalam hitungan hari atau lebih lama. Oleh sebab itu, pemerintah tidak akan reaksional dengan mengumumkan bahwa harga minyak ICP akan naik.
Tim Harga Minyak Indonesia menyatakan, harga rata-rata minyak mentah Indonesia selama bulan Juni 2013, berdasarkan perhitungan ICP mencapai US$ 99,97 per barel. Jumlah tersebut naik US$ 0,96 per barel dibanding bulan Mei 2013 yang mencapai US$ 99,01 per barel.
MUHAMMAD MUHYIDDIN