TEMPO.CO, Jakarta - Wakil Sekretaris Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Franky Sibarani mengatakan belum bisa memprediksi angka penurunan impor baja saat ini. Meski demikian menurut dia, penurunan impor terjadi sejak tahun lalu. Menurut "Pengurangan impor terjadi karena suplai dalam negeri meningkat sejak tahun lalu," kata dia ketika dihubungi Tempo, Selasa, 11 Juni 2013.
Franky menyatakan, pembangunan pabrik baja oleh PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dan Pohang Iron and Steel Corporation (Posco) membawa dampak positif bagi iklim investasi dan industri nasional. Dalam jangka panjang, ini bisa ikut mendongkrak ekonomi Indonesia. "Juga infrastruktur nasional," ujarnya.
Sektor industri seperti industri komponen, kendaraan, permesinan, dan elektronik, merupakan yang paling banyak menggunakan produk baja turunan. "Sektor-sektor ini yang akan meningkatkan supply- demand baja," kata dia.
Hari ini, Selasa, 11 Juni 2013, Menteri Perindustrian Muhammad Suleman Hidayat dan Menteri Perdagangan Gita Wirjawan meninjau lokasi pembangunan pabrik baja PT Krakatau-Posco di Cilegon, Banten. Di sana, kedua menteri bersama direksi perusahaan joint venture Krakatau Steel dengan Posco melakukan prosesi penyalaan oven (coke oven plant heating up).
Saat ini, Krakatau Steel-Posco masih berusaha menyelesaikan pembangunan pabrik pertama mereka di Cilegon, Banten. "Saya gembira melihat pembangunan pabrik ini berjalan sesuai rencana. Saat ini sudah 90 persen dan Desember nanti siap diresmikan," kata Menteri Hidayat hari ini.
Menurut dia, Indonesia diharapkan mampu menekan impor baja hingga 50-60 persen pada 2016. Saat itu, dua tahap pembangunan pabrik PT Krakatau Steel-Posco senilai US$ 6 miliar (Rp 58 triliun) ditargetkan rampung dan mulai beroperasi.
AMRI MAHBUB | PINGIT ARIA