TEMPO.CO, Jakarta - PT Kereta Api Indonesia (Persero) menargetkan laba bersih pada 2013 sebesar Rp 465 miliar atau naik sebesar 20,7 persen dari laba tahun lalu sebesar Rp 385 miliar (unaudit).
"Kenaikan akan ditopang oleh pendapatan kereta barang," kata Kepala Humas PT KAI, Mateta Rijalulhaq, seusai rapat dengar pendapat di Komisi Keuangan, Senin, 4 Maret 2013.
Pada tahun 2012, Mateta mengatakan bahwa pendapatan KAI dari pengangkutan barang telah mencapai angka Rp 2,5 triliun dari total pendapatan keseluruhan sebesar Rp 6,9 triliun (unaudit). "Paling besar di pengangkutan batu bara," katanya.
Tahun depan, rencananya pendapatan barang diproyeksikan naik menjadi Rp 3,5 triliun. Penopang kenaikan ini berasal dari bisnis pengangkutan barang di Sumatera Selatan, peti kemas, dan pupuk di Pulau Jawa, serta semen di Jawa dan Sumatera.
Sementara untuk pendapatan pengangkutan penumpang tahun ini, menurut dia, kenaikannya tidak akan terlalu besar. Perkiraan kenaikannya sekitar Rp 2 miliar dari angka Rp 2,7 triliun pada tahun lalu. "Kalau penumpang ya biasanya segitu-segitu saja. Apalagi, dengan adanya kebijakan tidak ada penumpang yang berdiri lagi," katanya.
Untuk mendukung rencana kerja perusahaan, KAI pada 2013 membutuhkan dana investasi sekitar Rp 1,7 triliun.
Mateta merinci, dana itu untuk investasi bisnis yang ada sekarang mencapai Rp 705,41 miliar. Untuk sarana sebesar Rp 476,79 miliar, prasaranan pokok Rp 14,76 miliar, prasarana pendukung Rp 98,71 miliar, dan investasi fasilitas Rp 115,12 miliar.
Sisa dana investasi lainnya, untuk pengembangan angkutan batu bara di Sumatera Bagian Selatan sekitar Rp 480,135 miliar, pengembangan angkutan bandara di Sumatera Utara Rp 5,4 miliar, pengembangan Bandara Soekarno-Hatta Rp 56,28 miliar, pengembangan angkutan Jabodetabek Rp 491,23 miliar, dan investasi lainnya Rp 6,54 miliar.
ANANDA PUTRI
Terpopuler:
Hari Ini Golden Traders Gelar RUPS di Jakarta
Apakah Nasabah Golden Traders Dijamin UU Konsumen?
PPATK Telusuri Aliran Dana PT Golden Traders
Indonesia Pernah Lakukan Redenominasi pada 1965
Agus Martowardojo Diminta Lobi DPR
Cathay Pasific Batal Membeli Boeing 777