TEMPO Interaktif, Washington - Lima raksasa perusahaan minyak dunia menolak rencana pemerintah Obama mencabut insentif pajak. Tahun ini, insentif berupa pemotongan pajak itu nilainya mencapai US$ 2 miliar. Lima perusahaan tersebut adalah ConocoPhilips (Amerika), Exxon Mobil Corp (Amerika), Chevron (Amerika), Royal Dutch Shell (Belanda), dan British Petroleum (Inggris).
Pencabutan insentif pemotongan pajak itu merupakan program Presiden Barack Obama untuk memangkas defisit anggaran yang semakin tinggi. Pajak industri besar pun dinaikkan untuk memulihkan perekonomian. Hasilnya, pada triwulan pertama tahun ini, penerimaan pajak meningkat 45 persen dibanding pada bulan yang sama tahun lalu.
Meski demikian, hasil peningkatan penerimaan pajak itu hampir tidak cukup untuk mengurangi defisit anggaran yang kini menyentuh US$ 1,4 triliun. "Kebijakan itu kontraproduktif dengan apa yang perlu dilakukan Amerika Serikat sekarang," kata Chief Executive Officer ConocoPhilips James Mulva di sela pertemuan tahunan pemegang saham perusahaan di Omni Houston Hotel Westside seperti dikutif Associate Press dalam situsnya, Kamis 12Mei 2011.
Mulva bersama CEO Exxon Mobil Corp Rex Tillerson dan CEO Chevron Corp John Watson dijadwalkan menyampaikan pandangan mereka dalam Sidang Komite Keuangan Senat di Washington pada Kamis pekan depan. Proposal pajak akan dibahas dalam pertemuan tersebut. Selain kontraproduktif, Mulva menilai kebijakan itu tidak memenuhi rasa keadilan.
Menurut dia, selama ini industri minyak sudah dibebani pajak, yang telah menghambat pertumbuhan, produksi minyak dan gas, serta membuat perusahaan-perusahaan Amerika Serikat kurang kompetitif di luar negeri. "Industri kami dan perusahaan sudah dikenai pajak lebih berat dibandingkan dengan industri lainnya di Amerika Serikat," kata Mulva.
Jack Gerard, CEO American Petroleum Institute, menyebut proposal pajak ini sebagai cara kasar Amerika untuk mendapatkan uang. Menurut Gerard, kebijakan tersebut justru bisa mengakibatkan banyak orang di New Jersey, Amerika Serikat, kehilangan pekerjaan. "Keamanan energi terusik, biaya energi naik, ujungnya justru defisit anggaran naik lagi."
Berbeda dengan Mulva dan Gerard, Senator Partai Demokrat Robert Menendez menilai insentif pajak untuk industri minyak sebagai subsidi yang tidak perlu. Pada triwulan pertama tahun ini, kata dia, lima perusahaan minyak tersebut mendapat keuntungan yang sangat besar, yakni US$ 36 miliar. Sebaliknya, masyarakat harus membeli bensin seharga US$ 4 per galon.
Menendez mengatakan pemerintah dan parlemen sudah bekerja keras untuk mengurangi defisit anggaran. Menurut dia, tak ada alasan bagi pemerintah untuk memberikan subsidi kepada lima perusahaan minyak terbesar di dunia tersebut. "Sudah waktunya mereka membayar pajak," kata Menendez di Washington kemarin.
AP | BIZJOURNALS | ERWINDAR