TEMPO Interaktif, Jakarta - Ekonom dari Institute for Development of Economic and Finance (INDEF) Aviliani mengatakan peningkatan Produk Domestik Bruto (PDB) menjadi Rp 6.422,9 triliun tidak dinikmati oleh masyarakat miskin.
Pendapatan per kapita yang meningkat menjadi Rp 27 juta per tahun banyak disumbangkan oleh orang-orang kaya. "Pendapatan orang miskin tak bertambah, kesenjangan makin tinggi," ujar Aviliani kepada Tempo hari ini (8/2).
Sejak tahun 2008 perekonomian Indonesia berkembang seperti gelembung. Booming di pasar modal menciptakan orang kaya baru. "Gelembunga yang menciptakan peningkatan PDB," ujar dia.
Faktanya, 0,11 persen pemilik rekening menguasai 49 persen dana di perbankan. Segelintir orang ini merupakan orang kaya yang menikmati kue pertumbuhan ekonomi. Sementara 51 persen dana perbankan lainnya disumbangkan oleh lebih dari 99 persen nasabah pemilik rekening.
Jumlah penduduk miskin juga tak berkurang banyak. Saat ini saja, jumlah penduduk miskin masih berada pada angka 36 juta, sedangkan penduduk setengah miskin masih 30 juta orang.
Kurangnya perhatian pemerintah pada petani menjadi penyebab tingginya kesenjangan ekonomi. Dia menyebutkan nilai tukar petani cenderung memburuk dalam beberapa tahun terakhir.
"Nilai tukar petani belum mengalami perbaikan," ujar dia. Padahal, 42 persen dari 117 juta angkatan kerja adalah petani miskin. Pemerintah belum berupaya keras meningkatkan kesejahteraan petani. Kemiskinan dari golongan bawah hanya ditanggulangi melalui program bantuan langsung tunai yang tak berkesinambungan.
Hal ini berbeda dengan yang dilakukan pemerintah Orde Baru. Ketika itu, ujar dia, pemerintah memberi dukungan bibit, pupuk, dan racun hama. Pemerintah juga ikut mengintervensi harga dengan membeli beras petani dengan harga pantas. Sehingga ketika panen petani tetap terbantu.
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam setiap laporannya menyebutkan nilai tukar petani naik setiap bulan. Hal ini menunjukkan kesejahteraan petani yang semakin baik. Namun, Kepala BPS mengatakan kenaikan nilai tukar petani terus tergerus inflasi yang tinggi. "Nilai pendapatan petani semakin berkurang," ujar dia awal bulan ini.
Data BPS menyebutkan, selama Januari 2011 nilai tukar petani naik 0,25 persen dibandingkan bulan sebelumnya. Namun, kenaikan ini tergerus inflasi sebesar 0,89 persen.
ANTON WILLIAM