Sejak menganut ekonomi terbuka pada 1978, wisata di Cina berkembang pesat. Besarnya pertumbuhan ekonomi negeri itu mendorong pula meningkatnya jumlah wisatawan asal Cina. Pada 1998, jumlah turis Cina hanya 5,32 juta dengan 6 negara tujuan favorit. Tahun ini jumlah bisa mencapai 50 juta orang ke seluruh dunia.
"Dengan pertumbuhan 9 persen per tahun, jumlah turis asal Cina bisa mencapai 100 juta dan masuk empat besar dunia pada 2020," katanya.
Sayangnya, tidak banyak informasi yang bisa didapat oleh masyarakat Cina tentang wisata di Tanah Air. "Delapan puluh persen di antara mereka mengetahui tentang wisata Indonesia dari Internet," katanya. Padahal informasi wisata di Internet didominasi Bali.
Itu sebabnya, Indonesia perlu lebih gencar mempromosikan tujuan wisata selain Bali, yang selama ini menjadi pilihan utama turis Cina. Wisatawan Cina sekarang masuk lima besar, setelah Singapura, Malaysia, Jepang, dan Australia. Tahun lalu jumlah kunjungan turis Cina mencapai 356 ribu dari 6,5 juta wisatawan asing.
Direktur Promosi Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Esthy Reko Astuty mengakui promosi ke Cina memang masih kurang. "Mereka hanya mengenal Bali. Sekarang kami mengajak melihat daerah lain, seperti Manado," katanya.
Menurut staf ahli Menteri Pariwisata, Titien Maryatin Soekarya, kegemaran masyarakat Cina akan pantai dijawab dengan memperkenalkan tujuan alternatif, seperti Wakatobi, Bunaken, atau Raja Ampat. "Untuk orang muda Cina, ditawarkan wisata golf, diving, spa, atau bulan madu," katanya.
YUDONO YANUAR