“Hitungannya saya belum punya. Tapi itu sangat strategis mengurangi ketergantungan kita pada impor minyak,” kata Mustafa di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Nergara, Jakarta, Jumat (16/7).
Sebelumnya Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan, kilang Balongan diproyeksikan berkapasitas 300 ribu barel per hari. “Dengan kapasitas itu, pasokan minyak nasional cukup untuk mengurangi pasar impor kita dari Singapura,” ujar Mustafa.
Selain itu, kata Mustafa, kilang tersebut pastinya juga menambah pendapatan Pertamina. “Motif komersial kilang Balongan untuk Pertamina, dapat menambah earning power,” katanya
Sebelum akhirnya memutuskan kerjasama dengan Kuwait, ada beberapa investor asing yang tertarik masuk, seperti Iran dan Libya. Setelah dianalisa, Kuwait yang lebih cocok. Pasalnya, kata Mustafa, Kuwait menawarkan prospek produksi yang lebih baik dengan menawarkan pasokan minyak lebih banyak dua kali dari Iran.
Kamis lalu, Hidayat mengatakan, nilai proyek patungan Pertamina-Kuwait ini sebesar US$ 8-9 miliar. Hasil produksi kilang tersebut akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan domestik, termasuk mengembangkan Petrokimia.
Penandatanganan nota kesepahaman antara Pertamina dengan pihak Kuwait akan berlangsung akhir bulan ini. “Mereka (Kuwait) akan bicara dengan Pertamina minggu depan, lalu minta persetujuan pemerintah. Biasanya enam bulan kemudian joint venture bisa berjalan,” ujarnya.
Pemerintah berharap, dalam proyek tersebut, Pertamina bisa menjadi pemegang saham dominan. “Saya mengusulkan Pertamina memegang saham 51 persen atau mayoritas. Komposisi saham nanti diatur minggu depan saat membicarakan masalah financing,” kata Hidayat.
ISMA SAVITRI