“Kenaikan itu salah satunya karena kondisi di Thailand yang membuat turis mengalihkan tujuan liburanya,” kata Ketua Bali Tourism Board Ngurah Wijaya, Senin (17/5).
Bali bisa berharap banyak pada kenaikan jumlah turis karena karakteristik Thailand yang sangat mirip dengan Bali yang mengandalkan wisata pantai dan kekayaan budayanya. Data kedatangan turis sendiri saat ini mencapai 6.000 orang per hari meskipun belum berada pada masa liburan.
Namun menurut Wijaya, pengaruhnya baru akan terlihat pada saat musim liburan pada Juni untuk turis dari Australia, dan Juli-Agustus untuk turis Eropa. Saat ini pihaknya masih memantau kemungkinan terjadi perpindahan tujuan wisata turis dari Thailand agar dapat melakukan antisipasi.
Wijaya menilai, dampaknya mungkin tak akan terlalu besar bila krisis bisa segera diatasi. Apalagi krisis di negara itu tak sampai mengesankan tindakan anarkis seperti krisis di Indonesia pada 1998. Selain itu, pariwisata di Thailand tidak hanya terpusat di Bangkok tapi juga di daerah lain dengan akses penerbangan internasional yang merata.
Adapun Ketua Asosiasi Travel (Asita) Bali Al Purwa menyebutkan, krisis Thailand dipastikan berdampak positif. Hanya untuk menaikkan harga jual paket perjalanan maupun hotel, pihaknya belum berani. Sebab, kondisi hunian hotel masih di bawah 70 persen.
“Kondisinya memang sedang low season, jadi kita masih menunggu saat yang tepat,” ujarnya. Namun, dia berharap pemerintah dan asosiasi pariwisata cukup sigap untuk melakukan promosi agar bisa menjadi alternatif bagi tujuan liburan wisatawan.
ROFIQI HASAN