Kompor listrik untuk pengrajin batik itu dikembangkan oleh badan batik dan kerajinan di Yogyakarta. Harga kompor listrik tersebut sebesar Rp 150 ribu. Kebutuhan kompor pengrajin batik diperkirakan mencapai 200 ribu unit.
"Sebab, dari sekitar 50 ribu pengrajin batik, masing-masing membutuhkan rata-rata 4 unit kompor. kebutuhan 200 ribu," kata Direktur Jenderal Industri Kecil dan Menengah, Kementerian Perindustrian, Fauzi Aziz di Kementerian Perindustrian, Jakarta, Senin (8/2).
Menurut Fauzi, penggunaan kompor listrik mampu mengurangi biaya produksi dengan signifikan. "Jika menggunakan kompor minyak tanah, biaya yang dikeluarkan bisa Rp 100 ribu per bulan. Sedangkan dengan kompor listrik, biaya yang dikeluarkan hanya Rp 9 ribu per bulan," tutur dia.
Di masa mendatang, kompor listrik yang diharapkan bisa dijual melalui koperasi. "Sebab, bila dijual melalui jalur distribusi, harga jualnya bisa lebih mahal ketika sampai di pengrajin," ujarnya.
EKA UTAMI APRILIA