"Sisanya dari pinjaman dan obligasi. Nanti akan kami pilih mana yang terbaik," ujar Direktur Utama Dahlan Iskan usai rapat umum pemegang saham di kantor Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Jakarta, Kamis (21/1).
Menurut dia, dalam rapat tersebut belum diputuskan jumlah obligasi yang akan diterbitkan. Perusahaan, ia melanjutkan, harus melihat kondisi pasar keuangan hingga pertengahan tahun.
Jenis obligasi yang akan diterbitkan oleh PLN juga masih terbuka dalam bentuk dollar Amerika Serikat atau rupiah. Selain itu PLN juga tak menutup kemungkinan pinjaman dalam bentuk renmimbi karena menguatnya nilai rupiah terhadap mata uang Cina.
Direktur Keuangan Setio Anggoro Dewo menjelaskan meski belum bisa memastikan penerbitan obligasi, saat ini perseroan tengah menyiapkan persyaratan yang dibutuhkan. Salah satunya percepatan penyelesaian laporan keuangan dari Juli menjadi akhir April atau awal Mei.
"Semua disiapkan agar PLN lebih fleksibel antara pasar modal atau pinjaman," kata dia. Untuk proses pinjaman ke bank, Dewo mengatakan PLN masih harus menunggu penetapan kenaikan margin menjadi 8 persen dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Perubahan (APBN-P) 2010.
Tahun ini PLN menargetkan pendapatan Rp 160 triliun dengan laba Rp 12 triliun. Sementara pendapatan dan laba tahun lalu diprediksi Rp 140 triliun dan Rp 7 triliun. Besaran dividen maksimal 54 persen sebagai syarat penerbitan obligasi global.
Dewo mengatakan pendapatan itu akan digunakan untuk membangun jaringan dan distribusi. "Sekitar Rp 74 triliun untuk pembangkit, transmisi, dan distribusi," kata dia. Selain perbaikan trafo yang meledak beberapa waktu lalu, perusahaan juga membeli 12 trafo untuk kota-kota besar.
RIEKA RAHADIANA