Prediksi tersebut muncul dalam diskusi akhir tahun yang diselenggarakan Asosiasi Travel Wisata (Asita) Bali di Denpasar, Selasa (29/12). “Film itu dampaknya luar biasa karena 60 persen lokasi syuting di Bali,” ujar Ketua Asita Al Purwa. Dia membandingkannya dengan film Lord of The Ring yang mengundang jutaan turis ke Skotlandia selatan yang menjadi lokasi pembuatan film.
Dengan kapasitas Julia serta kepiawaian produser dalam mengedarkannya ke bioskop di Amerika dan Eropa, menurutnya, film itu menjadi alat promosi yang efektif. Nilainya jauh melampaui anggaran promosi yang disediakan Anggaran Pendapatan Belanja Negara untuk Departemen Pariwisata dan Kebudayaan.
Sementara itu pada 2010, sejumlah maskapai akan menambah jalur penerbangan langsung dari Eropa ke Bali. Qatar Airways misalnya, menambah jumlah penerbangan dari 4 kali dalam sepekan menjadi 7 kali. KLM mulai terbang 4 kali dalam seminggu sejak November 2009 yang membuat Bali terintegrasi dengan semua jalur penerbangan di Eropa. Adapun Garuda akan membuka jalur Amsterdam-Denpasar pada Juli 2010.
Menurut Purwa, turis Eropa sangat strategis karena kebanyakan cenderung menjadi repeater (pengulang) yang akan bolak-balik datang ke Bali. Mereka biasanya tinggal cukup lama antara 10 hari hingga 1 bulan dengan daya beli tinggi dengan minat menjalin persaudaraan dengan warga Bali. “Beda dengan turis Jepang dan Taiwan yang hanya 3-4 hari saja di sini,” ujarnya.
Kecenderungan peningkatan sebenarnya sudah terjadi tahun ini. Pada Juni misalnya, tercatat 46.124 orang ke Bali kemudian naik 67.815 orang selama Agustus, dan September 61.277 orang. Turis Eropa yang terbang langsung ke Bali naik 445.145 selama Januari hingga September 2009, atau memiliki andil 26,6 persen dari seluruh turis asing ke Bali pada periode itu yang mencapai 1,6 juta orang.
Meski perhatian tertuju kepada pasar Eropa, menurut Purwa, pihaknya tetap menjaga agar jumlah turis dari negara-negara lain tetap stabil datang ke Bali. Demikian juga dengan turis domestik dari berbagai kota di Indonesia. “Semua memiliki porsi masing-masing,” ujar dia.
Untuk turis domestik, menurut Ketua Paguyuban Cinta Bali Ketut Ardhana, sumbangan mereka terhadap industri pariwisata Bali sebenarnya cukup besar. “Dibandingkan turis dari negara tetangga seperti Malaysia, malah lebih baik,” ujar Ardhana.
Potensi belanja wisatawan lokal, menurut dia, bahkan lebih kuat dengan kemungkinan melakukan beberapa kali kunjungan dalam satu tahun. Selain itu, turis domestik juga meningkatkan pemerataan pendapatan di kalangan para pengusaha wisata.
ROFIQI HASAN