TEMPO.CO, Jakarta - Sudah satu tahun Israel menggempur Gaza, Palestina, dengan dalih menghabisi Hamas setelah serangan mematikan kelompok gerilyawan ini ke negeri Zionis itu pada 7 Oktober 2023. Lebih dari 35.000 warga Palestina tewas, termasuk lebih dari 13.000 anak-anak dan 9.000 wanita, dengan 7.000 orang lainnya hilang dan diperkirakan tewas di bawah reruntuhan bangunan yang hancur.
Serangan ke seluruh Jalur Gaza ini menimbulkan krisis kemanusiaan dahsyat. Apalagi Israel dengan sengaja menghambat masuknya bantuan untuk masyarakat sipil.
Masyarakat dunia mulai mengumpulkan bantuan untuk membantu masyarakat sipil Palestina yang kehilangan tempat tinggal, pekerjaan dan sumber makanan.
Warga negara Muslim atau yang mayoritas Muslim seperti Indonesia dan Malaysia mulai menyerukan boikot terhadap produk-produk yang dinilai membantu Israel. Tindakan ini efektif membuat sejumlah merek kelabakan.
Yayasan Konsumen Muslim Indonesia (YKMI) kembali menyerukan seluruh masyarakat Indonesia agar konsisten memboikot atau tidak menggunakan produk-produk yang terafiliasi Israel. "YKMI akan terus berada di garda terdepan, mendorong masyarakat agar konsisten melakukan boikot produk terafiliasi Israel sesuai anjuran dari MUI," kata Direktur Eksekutif YKMI Ahmad Himawan dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Senin, 7 Oktober 2024.
Ia mengatakan aksi boikot sejauh ini terbukti menggerus pendapatan perusahaan terafiliasi Israel. Penjualan mereka, kata dia, mengalami penurunan dan nilai sahamnya pun turut menurun.
Hal tersebut disampaikan Himawan dalam aksi peringatan setahun genosida di Palestina yang berlangsung di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jakarta, Minggu, 6 Oktober 2024.
Dalam aksi tersebut, YKMI secara konsisten menyerukan boikot terhadap produk terafiliasi Israel agar tetap dilakukan masyarakat secara masif.
Menurut Antara, Himawan mengingatkan kembali daftar 10 produk yang diboikot atau dihindari oleh konsumen Muslim Indonesia, yakni Starbucks, Danone, Nestle, Zara, Kraft Heinz, Unilever, Coca Cola Group, McDonalds, Mondelez, dan Burger King.
"Selain memberikan dukungan kejahatan Israel di Palestina, kesepuluh produk tersebut juga secara terang-terangan mengalirkan dukungan keuntungannya kepada negara-negara yang pro-Israel, seperti Amerika dan Prancis,” kata Himawan menambahkan.
Menurut dia, aksi boikot produk efektif untuk menghentikan aliran dana bagi Israel. Hal tersebut, dibuktikan dengan adanya permintaan dari Amerika agar Israel melakukan gencatan senjata. Bahkan, terdapat informasi terbaru mengenai Presiden Prancis Macron yang juga mendesak penghentian pengiriman senjata ke Israel.
Seruan boikot ini mendapat tanggapan dari perusahaan. Corporate Communication Director Danone Indonesia, Arif Mujahidin, mengatakan Danone adalah perusahaan publik yang beroperasi di 120 negara. Namun, Danone tidak memiliki pabrik dan tidak beroperasi di Israel. "Sebagai entitas swasta, Danone tidak memiliki afiliasi dengan politik apa pun," ucap Arief, Sabtu, 11 November 2023.
Associate Director of Communications McDonald’s Indonesia, Meta Rostiawati, mengatakan PT Rekso Nasional Food adalah perusahaan swasta nasional yang sepenuhnya dimiliki oleh pengusaha asli Indonesia.
McDonald’s Indonesia merupakan entitas yang beroperasi secara independen, dan tidak terafiliasi dengan kegiatan operasional maupun keputusan McDonald’s di negara lain, termasuk McDonald’s Israel," kata Meta, Sabtu, 21 Oktober 2023.
Anggota DPR RI Sukamta mendukung penuh gerakan boikot terhadap Israel, sebagai bentuk solidaritas internasional untuk melawan tindakan keji Israel.
Sukamta juga menekankan akan terus memperjuangkan keadilan bagi rakyat Palestina dan mendesak pemerintah Indonesia untuk mengambil peran lebih aktif dalam upaya internasional untuk menyelesaikan krisis itu.
Massa dari Aliansi Rakyat Indonesia Bela Palestina (ARI-BP) membawa poster saat menggelar aksi bela Palestina di depan Kedutaan Besar Amerika Serikat (Kedubes AS), Jakarta, Ahad, 6 Oktober 2024. Kedubes AS dipilih sebagai lokasi aksi karena massa menilai AS mendukung Israel menyerang Gaza. Massa mendesak agar PBB menghukum Israel atas yang terjadi di Palestina. TEMPO/Ilham Balindra
Aksi Dukung Palestina Ala Nenek Warsiti
Nenek Warsiti binti Samar, 68 tahun, janda dengan 3 anak dan 3 cucu itu sehari-hari berjualan kacang, jagung, ubi rebus, dan rempeyek buatan anak perempuannya. Hidupnya jauh dari kata berlebih, hanya tinggal di kamar kos sederhana berukuran sekitar 2x3 meter persegi di kawasan Jodoh, Kota Batam, Kepulauan Riau.
Tapi ia banyak bertindak untuk membantu Palestina dengan menyisihkan hasil jualannya disumbangkan untuk membantu warga Palestina. Warsi mengetahui masalah konflik di Gaza dari media sosial. Setiap berjualan, dia selalu sampaikan ke pembeli, termasuk anak-anak sekolah, bahwa uang hasil jualan ini sebagian didonasikan untuk rakyat Palestina.
"Saya sampaikan ke anak-anak di sekolah tempat saya dagang. Palestina itu sudah berjasa untuk Indonesia. Sekarang mereka kesusahan, harusnya kita bantu mereka, karena kita berhutang budi kepada mereka yang mendukung kita merdeka, seperti sekarang," ucap Warsi, saat berbincang dengan ANTARA.
Pertama kali Warsi menyumbangkan dana sebesar Rp1 juta, uang hasil dagangan yang ia sisihkan selama setengah bulan. Hingga kini uang yang sudah disumbangkan untuk Palestina mencapai Rp14 juta, termasuk sumbangan seorang dermawan yang seharusnya untuk diri Warsi, namun diserahkan sepenuhnya untuk Palestina.
Panitia acara Masyarakat Batam Bersama Palestina lalu membuat link donasi untuk memberangkatkannya umrah ke Tanah Suci. Kali ini hadiah umrah tidak ditolak oleh Warsi.
Keikhlasannya untuk Palestina telah menggugah hati masyarakat di Kota Batam. Akhir Oktober ini, Warsi akan berangkat umrah dengan kelas premium yang didanai salah satu travel.
Pilihan Editor Kisruh Kadin: Posisi Arsjad Rasjid Makin Terjepit, Majalah Tempo Sebut Jokowi Cawe-cawe