Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayjen Nugraha Gumilar menyebut server Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI dinonaktifkan sementara waktu untuk kepentingan penyelidikan setelah aksi peretasan terhadap data mereka oleh peretas MoonzHaxor.
Nugraha saat dihubungi di Jakarta, Rabu, juga memastikan data yang diretas itu merupakan informasi lama yang sempat dirilis pada tahun ini.
"Data yang diretas adalah data lama dan di-release (siarkan) pada tahun 2024. Saat ini server sudah dinonaktifkan untuk kepentingan penyelidikan lebih lanjut," kata Kapuspen TNI.
Di lini masa media sosial X, akun @FalconFeeds.io yang rutin memantau aktivitas siber, termasuk dari situs gelap (dark web) pada hari Senin mengumumkan aksi peretasan oleh MoonzHaxor terhadap sistem BAIS.
Peretas dalam forum jual beli data gelap di dark web BreachForum juga menyediakan contoh (sample) data yang mereka kuasai, dan menjanjikan data lengkap (full set data) kepada mereka yang ingin membayar. Harga yang ditawarkan MoonzHaxor di forum itu sebesar 1.000 dolar AS untuk database 2.000 pengguna berukuran 773 kilobita (kb), dan 7.000 dolar AS untuk data-data rahasia berukuran 33,7 gigabita.
Dalam unggahan yang sama, MoonzHaxor juga menawarkan memperlihatkan sejumlah data yang dia retas dari database BAIS, yaitu dokumen-dokumen rahasia pada tahun 2020–2022.
Peretas yang sama pada minggu lalu juga mengumumkan dia berhasil meretas sistem Indonesia Automatic Finger Indentification System (INAFIS) Kepolisian Negara Republik Indonesia. Data-data yang diklaim diretas dari sistem INAFIS mencakup gambar sidik jari, alamat email, dan aplikasi SpringBoot dengan beberapa konfigurasi.
Data-data itu dijual oleh MoonzHaxor seharga 1.000 dolar AS (setara Rp16,3 juta).
Kepala BSSN, Letjen TNI Purn. Hinsa Siburian saat jumpa pers di Jakarta, Senin, menjelaskan bahwa data yang diklaim diretas oleh MoonzHaxor itu data lama.
"Ini sudah kami konfirmasi dengan kepolisian, bahwa itu adalah data lama mereka yang diperjualbelikan di dark web itu," kata Hinsa.
Hinsa menegaskan bahwa sistem Polri saat ini tidak mengalami gangguan dan tetap berjalan dengan baik.
Dalam kesempatan yang sama, Hinsa juga memastikan dugaan peretasan data INAFIS tidak terkait dengan insiden serangan siber terhadap Pusat Data Nasional Sementara (PDNS) 2.
ANTARA | TIM TEMPO
Pilihan Editor Belasan BUMN Bakal Diinbreng Danareksa, Ini Penjelasannya