Sukses di bidang jasa transportasi udara, Susi justru mengawali karirnya sebagai pengepul ikan keliling di tanah kelahirannya, Pangandaran, Jawa Barat. Karena hidup di lingkungan nelayan dan sangat menyukai laut, Susi lantas menekuni bisnis ikan hingga akhirnya mendirikan PT ASI Pudjiastuti Marine Product pada 1996. Perusahaan ini bergerak di sektor pengolahan ikan dan hasil laut, seperti udang dan lobster.
Susi tak menamatkan pendidikan formal. Namun keuletannya dalam berbisnis mengantarkannya sebagai sosok pengusaha berpengaruh di Indonsia, khususnya di sektor perikanan.
Sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan (KKP), Susi dikenal tegas merespon penangkapan ikan ilegal. Kebijakannya menenggelamkan kapal asing yang curi ikan di perairan Indonesia bikin nama Susi makin dikenal luas. Di media sosial, netizen ramai-ramai menggunakan istilah "tenggelamkan", merujuk kebijakan penenggelaman kapal-kapal asing tersebut.
Selain kebijakan penenggelaman kapal, Susi punya komitmen kuat untuk melindungi ekosistem laut Indonesia. Belum genap setahun jadi menteri, dia menelurkan kebijakan pelarangan penangkapan ikan menggunakan pukat hela (trawls) dan pukat tarik (seine nets).
Susi juga menelurkan kebijakan larangan ekspor benih lobster melalui Permen KKP No. 56/2016. Regulasi ini punya semangat perlindungan ekosistem lobster. Sebab ekspor benih lobster dapat menyebabkan kerusakan ekologi lantaran tingginya permintaan dari luar negeri yang berujung pada eksploitasi besar-besaran. Ekspor benih lobster hanya akan menguntungkan petambak dari negara lain, karena harga lobster dewasa yang diekspor sangat tinggi.
Kebijakan Susi dinilai berhasil. Riset yang dipublikasi di jurnal Nature menunjukkan kebijakan Susi terhadap penangkapan ikan ilegal berhasil mengurangi upaya penangkapan sebesar 25 persen dan berpotensi meningkatkan jumlah tangkapan sebesar 14 persen serta keuntungan sebesar 12 persen.
Pilihan Editor: Agus Fatoni Jadi Pejabat Gubernur Sumut, Staf Ahli Kemenko Perekonomian Gantikan Pimpin Sumsel