Secara operasional di tahun 2023, AAID/CMPP mengalami kerugian sebesar Rp 702,62 miliar atau mencapai total kerugian Rp 1,08 triliun, setelah ditambah dengan beban keuangan dan pajak yang dicatatkan perusahaan.
Beban usaha tercatat sebesar Rp 7,33 triliun di tahun 2023, meningkat sebesar Rp 2,23 triliun, atau 43,79 persen dari tahun 2022 sebesar Rp 5,10 triliun. Peningkatan beban usaha terutama disebabkan naiknya biaya bahan bakar seiring dengan peningkatan harga avtur dan depresiasi nilai tukar rupiah.
"Penambahan jumlah pesawat terbang untuk memenuhi naiknya permintaan juga berpengaruh terhadap kenaikan penggunaan bahan bakar," kata dia.
Selama tahun 2023, Indonesia AirAsia menorehkan beberapa prestasi diantaranya memenangkan Maskapai Penerbangan Berbiaya Hemat Terbaik Dunia untuk ke-14 kalinya secara berturut-turut di Skytrax; Indonesia AirAsia bersama Toba Tenun, BPODT, dan In Journey meluncurkan livery pesawat bertemakan Danau Toba; serta memperluas konektivitas di ASEAN dan Australia dengan membuka rute Jakarta-Phnom Penh, Jakarta-Ho Chi Minh, Jakarta-Kuching dan Jakarta-Perth.
Pilihan Editor: Pendapatan Indonesia AirAsia Melonjak jadi Rp 6,62 Triliun, Apa Saja Komponen Pendorongnya?