Hal tersebut diutarakan pengamat pasar modal dari PT Makinta Sekuritas Harry Kurniawan. Peluang pasangan SBY-Boediono menang dalam satu kali putaran, kata Harry, tentunya akan direspons positif oleh pasar karena kebijakan yang sudah ada akan terus berlanjut.
Pada transaksi Selasa (7/7), sehari sebelum pemilu presiden digelar, indeks naik 48,237 poin atau 2,37 persen menjadi 2.083,247. Sehari setelah Pemilihan Presiden 2004 indeks naik 3,12 persen menjadi 768,225 dari posisi sebelumnya di level 745,025.
Harry menambahkan, secara valuasi harga saham di bursa domestik yang diukur dengan metode Price Earning Ratio (PER) 12-13 kali masih rendah dibandingkan dengan bursa kawasan. PER atas saham dapat diidentifikasikan saham mana yang sebaiknya dijual ataupun dibeli para investor.
Hal tersebut bisa kembali memicu indeks untuk menembus level tertingginya tahun ini di posisi 2.108. “Dan hingga akhir tahun bisa saja indeks menembus level tertingginya 2.830,263 pada 9 Januari 2008 lalu,” ucapnya.
Saham-saham yang akan kembali diburu investor adalah saham yang sensitif terhadap penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI Rate ke 6,75 persen pada awal bulan ini, seperti saham sektor perbankan, infrastruktur, industri dasar seperti semen.
Namun Harry juga mengingatkan soal faktor global yang kurang mendukung kenaikan indeks saham. "Harga komoditas dan bursa regional kembali melemah akibat kekhawatiran pelambatan pemulihan ekonomi global yang bisa menjadi ganjalan penguatan indeks," ucapnya.
VIVA B. KUSNANDAR