TEMPO.CO, Jakarta - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami tren lesu beberapa waktu belakangan. Pada Sabtu, 13 April 2024, kurs rupiah tercatat pada level Rp 16.117 per US$.
Staf Bidang Ekonomi, Industri dan Global Markets Maybank Indonesia, Myrdal Gunarto menyebut bahwa nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebenarnya belum mencapai level Rp 16 ribu. Namun, jebloknya kurs rupiah menjadi Rp 16 ribu didorong oleh pasar forex domestik yang masih libur.
"Nah, pelemahan rupiah kita terhadap US$ yang sudah menembus 16 ribu bisa jadi dikarenakan mekanisme transaksi di pasar luar negeri. Seperti di pasar non-deliverable forward (NDF) Singapura," kata Myrdal dalam keterangannya pada Sabtu, 13 April 2024.
Itu pun, kata dia rupiah terlihat melemah karena posisi US$ yang tengah menguat, baik secara global maupun regional Asia. Hal ini tercermin dari posisi variabel indeks Dollar DXY yang posisinya terus menanjak.
Dia menjelaskan, penguatan indeks Dollar DXY tersebut merupakan gambaran dari perpindahan arus dana di pasar keuangan internasional yang mengarah pada pergerakan pelaku pasar global yang ingin memindahkan aset investasinya ke pasar AS. Baik di pasar saham maupun obligasi.
"Terutama pasar obligasi AS yang terlihat lebih menarik saat yield dari surat utangnya terus meningkat dan terlihat meningkat saat ekspektasi penurunan bunga the Fed semakin uncertain."
Pasar keuangan domestik baru akan dibuka pada Selasa, 16 April 2024 mendatang. Secara fundamental, menurut Myrdal tren permintaan US$ di dalam negeri memang dalam tren yang meningkat. Misalnya untuk impor BBM maupun bahan pangan yang permintaannya meningkat.
"Menghadapi faktor musiman Lebaran maupun juga realitas bahwa harga komoditas global untuk energi maupun pangan saat ini tengah menanjak. Wajar kalau kita melihat posisi surplus neraca dagang Indonesia pada Februari 2024 anjlok ke level di bawah US$1 miliar," ujarnya.