TEMPO.CO, Jakarta - Gempa terbesar di Taiwan dalam setidaknya 25 tahun terakhir, terjadi Rabu pagi, 3 April 2024. Setidaknya sembilan orang tewas dan lebih dari 800 orang luka-luka, sementara 50 orang hilang dalam perjalanan ke taman nasional.
Sementara Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada WNI yang menjadi korban gempa. “Hasil koordinasi Kemlu dengan Kantor Dagang dan Ekonomi Indonesia (KDEI) di Taipei sejauh ini tidak ada WNI yang menjadi korban gempa bumi,” kata Juru Bicara Kemlu Lalu Muhammad Iqbal melalui pesan singkat.
“WNI di Taiwan agar mengikuti perkembangan informasi dari otoritas Taiwan maupun Taipei,” kata KDEI.
WNI yang terdampak dan membutuhkan bantuan dapat menghubungi KDEI Taipei melalui nomor hotline +88690132000 dan +886987587000.
Televisi menyiarkan gambar bangunan-bangunan yang miring pada sudut berbahaya di wilayah pegunungan Hualien bagian timur yang berpenduduk jarang, dekat pusat gempa berkekuatan 7,2 skala Richter, yang terjadi di lepas pantai sekitar pukul 8 pagi.
Beberapa pekerja migran Indonesia di Taiwan mengunggah pengalaman mereka di media sosial Facebook.
"Aku sengaja gak ngabarin orang rumah biar pada ga panik, soalnya aku ga papa, tapi tetep aja mereka tau beritanya. Di sini sering gempa, tapi selama 4 tahun di Taiwan ini gempa yang paling kenceng banget goncangannya, selama menitan, berkali-kali, sampe pusing dan mual aku," kata Imafi binti Rohmah di akun Facebook-nya.
"Alhamdulillah ya Allah ditengah guncangan gempa yg sangat besar aku sama nenek masih diberi keselamatan...," tulis pemilik akun Sibobrok Kikyrevo Formasa. Ia mengunggah foto ruangan yang berantakan.
Seorang WNI lain dengan nama akun AgoengTaiwan menyiarkan video siaran langsung di Facebook, yang mengabarkan gempa ini dan mengutip sumber di KDEI bahwa tidak ada WNI ayng menjadi korban.
Seorang wanita yang mengelola akomodasi bed-and-breakfast di kota Hualien mengatakan dia berusaha menenangkan tamunya yang ketakutan akibat gempa tersebut.
“Ini adalah gempa bumi terbesar yang pernah saya alami,” kata wanita yang meminta disebutkan namanya hanya dengan nama keluarganya, Chan.
Gempa tersebut terjadi pada kedalaman 15,5 km, tepat ketika orang-orang sedang berangkat kerja dan sekolah, memicu peringatan tsunami untuk Jepang bagian selatan dan Filipina yang kemudian dicabut.
Video menunjukkan tim penyelamat menggunakan tangga untuk membantu orang-orang yang terperangkap keluar dari jendela, sementara di tempat lain terjadi tanah longsor besar, ketika gempa kuat di Taipei memaksa sistem kereta bawah tanah ditutup sebentar, meskipun sebagian besar jalur kembali beroperasi.
Otoritas pemadam kebakaran mengatakan mereka perlahan-lahan mengevakuasi beberapa orang yang terjebak di terowongan dekat kota Hualien, termasuk dua warga Jerman. Namun mereka kehilangan kontak dengan 50 penumpang yang menaiki empat minibus menuju sebuah hotel di taman nasional, Ngarai Taroko, kata mereka, tanpa memberikan rincian.
“Saat ini hal yang paling penting, prioritas utama, adalah menyelamatkan orang-orang,” kata Presiden terpilih Lai Ching-te, berbicara di luar salah satu bangunan yang runtuh di Hualien.
Jalur kereta api ke daerah tersebut diperkirakan akan dibuka kembali pada hari Kamis, kata Lai, yang akan mulai menjabat bulan depan, kepada wartawan.
Angkatan udara Taiwan mengatakan enam jet tempur F-16 mengalami kerusakan ringan di sebuah pangkalan utama di kota tersebut, tempat jet-jet sering dikerahkan untuk menghalau pesawat angkatan udara Cina.
Di Jepang, badan cuaca menyebutkan kekuatan gempa sebesar 7,7 skala Richter, dan mengatakan beberapa gelombang tsunami kecil mencapai bagian selatan prefektur Okinawa, dan membatalkan peringatan tsunami.
Di Filipina, pejabat seismologi memperingatkan penduduk pesisir di beberapa provinsi untuk pindah ke tempat yang lebih tinggi.
REUTERS | ANTARA
Pilihan Editor Dirut KAI Sebut Belum Ada Komunikasi soal Kereta Cepat Brunei Melintas IKN: Masih Terlalu Dini