TEMPO.CO, Jakarta - Pada September 2023 lalu, gemuruh di kalangan warga +62 terasa kala pasar Tanah Abang mulai sepi. Penyebabnya? Bukan karena hilangnya pesona, melainkan lebih banyak konsumen yang memilih berbelanja secara digital ketimbang konvensional. Akibatnya, banyak pedagang Tanah Abang yang berpindah haluan, menutup toko fisik mereka, dan memulai perjalanan baru sebagai digital entrepreneur.
Apa sebenarnya digital enterpreneur? Mengapa pedagang konvensional kalah bersaing dengan para digital entrepreneur? Apa yang dapat mereka peroleh saat beralih dari gaptek ke Hi-Tech? Apa yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi? Apa efeknya pada instrumen investasi? Apa pengaruh positifnya menguasai financial management?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi pusat pembahasan dalam Workshop Nasional kerja sama Politeknik Tempo Jakarta dengan Shopee dan Mandiri Sekuritas. Workshop yang bertajuk ”Digital Enterpreneur: Dulu Gaptek, Sekarang Hi-Tech” ini dilakukan pada Kamis, 28 Maret 2024.
Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya untuk membangkitkan rasa nasionalisme. Selanjutnya, sambutan dari Ketua Panitia Dies Natalis ke-3, Rizky Ayu Budipratiwi, yang menyampaikan terima kasih kepada Kurnia Rahman, Business Development Shopee Indonesia yang berkenan hadir. Acara juga dihadiri Ahmad Rasyid Abidin, Head of OLT Branch Jakarta 3 Mandiri Sekuritas, guru pendamping SMKN 13 dan SMKN 42 Jakarta, serta mahasiswa dan siswa SMK.
Sesi pertama dimulai dengan pemaparan dari Kurnia Rahman, yang menyoroti era ketika digitalisasi belum mewarnai bisnis. "Kalau mau jualan ya mentok mentok pake Kaskus," katanya.
Kurnia menekankan digitalisasi telah mengubah lanskap bisnis secara drastis, memberikan kemudahan bagi pedagang dan pembeli. Dia menyoroti perbedaan mendasar antara model bisnis konvensional dan digital. Toko konvensional memerlukan usaha dan biaya ekstra yang signifikan.
Selanjutnya: Sesi pertama diakhiri dengan memberikan tips kepada para pedagang....