Tidak dimungkiri bahwa kenaikan harga pangan sebelum Ramadhan cukup membuat waspada. Badan Pusat Statistik (BPS) sudah memberi peringatan terhadap kondisi ini. Secara umum, data historis pada momen Ramadhan selalu menunjukkan terjadinya inflasi.
Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti menyebut komoditas pangan seperti daging ayam ras, telur ayam ras, dan daging sapi memberikan andil inflasi terbesar menjelang bulan Ramadhan dalam 3 tahun terakhir. Namun Ramadhan tahun ini, beras diwaspadai menjadi salah satu komoditas yang mempunyai andil terbesar dalam inflasi bulanan.
Adapun beras menjadi penyumbang terbesar inflasi bulanan pada Februari 2024, dengan andil inflasi 0,21 persen. Kenaikan harga beras pada periode tersebut terjadi di 37 provinsi. Meski begitu, produksi beras diperkirakan mulai meningkat pada Maret dan mencapai puncak panen raya pada April mendatang sehingga diharapkan inflasi dapat dijaga.
Meskipun terjadi fenomena inflasi menjelang Ramadhan, kondisi tersebut dinilai Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede tidak mengganggu dan tidak memberi pengaruh signifikan terhadap kinerja konsumsi masyarakat. Terlepas dari berbagai tantangan global dan domestik, pertumbuhan ekonomi diperkirakan tetap akan solid mengingat masyarakat memiliki tambahan dukungan sebagai bantalan ekonomi khususnya pada masyarakat kelas menengah dan bawah.
Pemerintah telah mengumumkan bahwa pencairan penuh tunjangan hari raya (THR) bagi aparatur sipil negara (ASN) dibayarkan paling cepat 10 hari kerja sebelum Idul Fitri. Selain itu, gaji ke-13 ASN juga dicairkan pada Juni. Tambahan dukungan ini akan menstimulasi belanja masyarakat kelas menengah ke atas.
Belum lagi, karyawan swasta juga akan mendapat THR di samping gaji bulanan. Meski dikenai pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 dengan menggunakan tarif efektif rata-rata, hal ini dinilai tidak menyurutkan daya beli masyarakat secara signifikan.
Pemerintah juga menggelontorkan bantuan sosial (bansos) hingga Juni 2024 dan bantuan langsung tunai (BLT) yang disalurkan pada periode Januari hingga Maret 2024. Bantuan dari Pemerintah ini dinilai mampu menjaga kinerja konsumsi rumah tangga terutama pada masyarakat kelas menengah ke bawah.
“Sekalipun inflasi cenderung tinggi, (itu) tidak mengurungkan belanja dari masyarakat karena Ramadhan dan Lebaran, kan momentumnya setahun sekali. Kemudian ada tambahan atau ada suntikan dari THR yang juga lumayan. Kecuali kalau tidak ada momentum pembayaran THR, mungkin itu bisa dampaknya negatif,” kata Josua Pardede .
Bank Indonesia (BI) juga memberikan sinyal positif terhadap kondisi ekonomi yang menggeliat selama Ramadhan dan Lebaran tahun 2024 dengan menyiapkan uang layak edar sebesar Rp197,6 triliun untuk memenuhi kebutuhan penukaran uang rupiah.
Deputi Gubernur BI Doni P. Joewono menyebut jumlah uang layak edar itu naik 4,65 persen dibandingkan realisasi tahun 2023 yang tercatat sebesar Rp188,8 triliun. Kenaikan jumlah uang layak edar di tahun ini didasarkan atas pertimbangan mobilitas masyarakat dan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan meningkat. Pergerakan masyarakat selama Idul Fitri 1445 Hijriah diprediksi mencapai 193,6 juta orang, merujuk data Kementerian Perhubungan dan BPS.
Dengan berbagai tanda positif dalam geliat ekonomi, Ramadhan dan Lebaran tahun ini harus disambut dan dijalani secara optimistis.
KARUNIA PUTRI | SAVERO ARISTIA WIENANTO | ANTARA