TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Industri Maritim Alat Transportasi dan Alat Pertahanan Kementerian Perindustrian atau Kemenperin, Hendro Martono menyatakan industri perakitan kendaraan listrik di Indonesia memasok total investasi mencapai Rp 4,49 triliun. Total investasi itu didapatkan dari beberapa perusahaan bus listrik, mobil listrik, dan kendaraan roda dua serta roda tiga berbasis listrik di Indonesia.
"Jumlah pabrikan bus listrik saat ini ada empat perusahaan, dengan kapasitas produksi mencapai 1.980 unit per tahun," katanya di acara Sosialisasi Insentif dalam Rangka Percepatan Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai atau KBLBB, pada Jumat, 1 Maret 2024.
Ia mengatakan, bahwa total investasi yang didapat dari empat perusahaan bus listrik itu mencapai Rp 0,36 triliun. Hendro juga menyebut saat ini terdapat empat perusahaan pabrikan mobil listrik di Indonesia.
Total investasi mobil listrik, ujarnya, lebih besar dari total investasi bus listrik. Sebab, menurut dia, empat perusahaan itu memiliki kapasitas produksi mencapai 44 ribu unit per tahun.
"Total investasi dari empat perusahaan mobil listrik mencapai Rp 3,27 triliun.
Tak hanya kendaraan listrik roda empat, ia mengungkapkan bahwa saat ini terdapat 54 perusahaan pabrikan kendaraan listrik roda dua dan roda tiga. Kendaraan listrik jenis ini menyumbang total investasi Rp 0,86 triliun dengan kapasitas produksi 1,51 juta per tahun.
Berkenaan dengan strategi pengembangan kendaraan listrik di Indonesia, Hendro mengatakan bahwa pemerintah tak hanya fokus pada peningkatan industri otomotif KBLBB ini, melainkan juga berkomitmen untuk mengatasi masalah iklim akibat polusi kendaraan.
Industri kendaraan listrik di Indonesia, katanya, ditargetkan mampu memproduksi 400 ribu unit kendaraan roda empat atau lebih pada 2025.
"Untuk roda dua atau roda tiga ditargetkan memproduksi 6 juta unit," ucapnya.
Menurut dia, peningkatan populasi kendaraan listrik roda empat atau lebih nantinya bisa mengurangi penggunaan bahan bakar minyak sebesar 5 juta barel per tahun dan mereduksi karbon CO2 sebesar 1,84 juta ton. Sedangkan untuk kendaraan listrik roda dua atau roda tiga, diproyeksikan dapat mengurangi pemakaian bahan bakar minyak sebanyak 9,43 juta barel dan mengurangi penggunaan karbon sebanyak 3,450 juta ton per tahun.
Hendro menuturkan, bahwa target itu telah disusun secara bertahap hingga tahun 2035. Ke depan, katanya, dengan 1 juta unit kendaraan listrik roda empat atau lebih ini bisa mengurangi konsumsi bahan bakar minyak sebesar 12,5 juta barel per tahun, dan 4,6 juta ton karbon per tahun.
"Untuk kendaraan listrik roda dua atau roda tiga, dengan target produksi 12 juta unit per tahun, diproyeksikan mampu mengurangi pemakaian bahan bakar minyak 18,86 juta barel dan 6,900 juta ton karbon," uucapnya.
Sebelumnya Hendro Martono mengatakan, populasi kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB) roda dua dan roda empat meningkat pesat sejak tahun lalu. Peningkatan ini menurut Hendro merupakan buah dari komitmen pemerintah untuk mengatasi masalah perubahan iklim dengan mendukung pengurangan emisi lewat kebijakan sejumlah insentif buat kendaraan listrik.
NOVALI PANJI NUGROHO
Pilihan Editor: Strategi BRI jelang Berakhirnya Restrukturisasi Kredit Covid-19