TEMPO.CO, Jakarta -Pembangunan Ibu Kota Negara (KN) Nusantara masih terus berlangsung. Rencananya. IKN akan memiliki kebun raya atau botanical garden. Proyek ini merupakan salah satu proyek yang bakal dikerjakan oleh Konsorsium Nusantara. Konsorsium Nusantara sendiri dipimpin oleh Bos Agung Sedayu Group, Sugianto Kusuma alias Aguan. Konsorsium itu menggandeng Adaro, Alfamart Group, Astra Group, Barito Pacific, Kawan Lama Group, Mulia Group, Pulau Intan, dan Salim Group. Adapun khusus untuk Kebun Raya IKN, Djarum dan Wings memastikan akan turut terlibat.
Deputi Bidang Pendanaan dan Investasi Otorita IKN Agung Wicaksono mengatakan agenda tersebut baru dibicarakan bersama investor, termasuk Konsorsium Nusantara.
Salah satu hal yang didiskusikan, kata Agung, adalah terkait rencana peraturan pemberian donasi atau sumbangan dan skema penghasilan bruto dari donasi itu. Pasalnya, Kebun Raya IKN bukanlah proyek investasi komersial.
“Skema pembangunan botanical garden bakal menggunakan skema donasi. Ini tidak sepenuhnya investasi yang bersifat komersial, tetapi untuk penciptaan area hijau di IKN,” katanya dalam media briefing virtual, Selasa, 27 Februari 2024.
Agung mengungkapkan, penyaluran sumbangan akan dilaksanakan melalui online single submission (OSS). Oleh karena itu, bakal ada kolaborasi antara beberapa kementerian, yaitu Kementerian Keuangan (Kemenkeu), Kementerian Investasi atau Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), hingga Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN).
“BKPM terkait OSS, ATR/BPN hak atas tanahnya,” ucapnya.
Profil Djarum dan Wings
Dilansir dari situs resminya, bak kretek pertama Djarum didirikan oleh Oei Wie Gwan di Kudus, Jawa Tengah pada 21 April 1951. Sembilan bulan sebelum dibangun, Oei Wie Gwan membeli merek dan lisensi nama Djarum.
Pada 1963, Oei Wie Gwan tutup usia, sehingga perusahaan diambil alih oleh kedua anaknya, yaitu Michael Bambang Hartono dan Robert Budi Hartono. Hartono bersaudara diketahui termasuk orang terkaya di Indonesia.
Berdasarkan data Forbes, Michael Hartono memiliki kekayaan bersih mencapai US$ 25,1 miliar atau setara Rp 393 triliun (kurs Rp15.671) per Selasa, 27 Februari 2024. Sedangkan Budi Hartono diperkirakan menyimpan harta sebesar US$ 26 miliar atau sekitar Rp 407 triliun.
Selain mengembangkan salah satu perusahaan kretek terbesar di Indonesia, Grup Djarum membawahi beberapa perusahaan, seperti PT Bank Central Asia Tbk (BBCA), PT Supra Boga Lestari Tbk (RANC), PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR), PT Global Digital Niaga (BELI), dan PT Solusi Tunas Pratama Tbk (SUPR).
Sementara Grup Wings diinisiasi oleh Harjo Sutanto dan Johanes Ferdinand Katuari di Surabaya pada 1948 silam. Perusahaan yang awalnya diberi nama Fa Wings itu memulai industri rumah kecil dengan memproduksi sabun colek.
Hingga akhirnya pada 1991, Fa Wings berubah nama menjadi Wings Surya. Sejak itulah, perusahaan mulai menambah berbagai produk rumah tangga, seperti sabun, bedak, pelembut kain, deterjen, dan pembalut.
Beberapa merek milik Grup Wings di antaranya Ale-ale, Baby Happy, Boom, Choco Drink, Daia, EkoMie, Ekonomi, Floridina, Fres, Giv, Golda Coffee, Isoplus, JasJus, Mi Sedaap, Mi Sukses, Milk Jus, Neo Coffee, Nuvo, PowerF, Segar Dingin, SoSoft, So Yumie Gelas, So Klin, Super Sol, Tea Jus, Teh Javana, Teh Rio, TOP Coffee, WIZ24, dan WPC.
Adapun Harjo Sutanto diketahui menjadi orang terkaya paling tua di Indonesia, yaitu 98 tahun pada 2024. Menurut Forbes, kekayaan Bos Grup Wings itu mencapai US$ 530 juta atau sekitar Rp 8,2 triliun per 12 September 2020.
MELYNDA DWI PUSPITA
Pilihan Editor: Disebut Ikut Susun Kabinet Prabowo, Jokowi: Kok Tanya Saya