Menanggapi kritikan Cak Imin, Luhut kemudian menyerang balik melalui video yang ia unggah di media sosial Instagram. Bahkan, ia menyampaikan keinginan untuk mengajak Cak Imin melihat hilirisasi di Weda Bay dan Morowali.
"Saya pengen sebenarnya mengundang Muhaimin berkunjung ke Weda Bay, ke Morowali, untuk lihat sendiri," ujar Luhut melalui tayangan video yang ia unggah di Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Seeing is believing, daripada anda berbohong kepada publik."
Luhut juga mengatakan karakter Cak Imin tidak baik. Terlebih, cara dia menilai hilirisasi nikel itu dilakukan untuk mencari posisi. "Anda membohongi publik dengan memberi informasi seperti tadi."
Jauh sebelum perdebatan antara Luhut dan Cak Imin, Tom Lembong pernah menilai pemerintahan era Jokowi tampak terobsesi dengan nikel, namun tidak memfokuskan diri pada pasar.
"Pemerintah kemarin melihat harga nikel bagus, permintaan tinggi, karena semua baterai mobil listrik pakai nikel," kata kata Tom dalam acara Diskusi Publik Pandangan Capres/Cawapres 2024-2019 tentang Kebijakan Industri, Hilirisasi dan Perubahan iklim di Gedung CSIS Jakarta, Rabu, 6 Desember 2023.
Tom menyatakan bahwa dalam situasi di mana harga dan pasokan bahan baku nikel menjadi tidak stabil dan mahal, industri akan mencari bahan baku alternatif. Sebagai contoh, ia menunjukkan produksi Tesla, perusahaan mobil listrik yang dipimpin oleh Elon Musk, telah beralih ke penggunaan baterai lithium ferro-phosphate (LFP). "Sesuai prinsip dasar ekonomi, harga tinggi menyebabkan substitusi," ujar Tom.
Masih dalam video yang sama, Luhut memberikan kritik terhadap Eks Kepala BKPM itu soal harga nikel dan peralihan produsen ke baterai kendaraan listrik jenis lithium ferro-phosphate alias (LFP). Luhut menyangkal klaim Tom Lembong mengenai penggunaan LFP secara penuh untuk mobil Tesla yang diproduksi di Cina.
"Tidak benar yang disebutkan kalau pabrik Tesla di Shanghai menggunakan 100 persen LFP untuk mobil listriknya," kata Luhut. "Mereka masih menggunakan baterai berbahan dasar nikel yang disuplai LG."
Luhut kemudian membandingkan baterai jenis LFP dengan baterai kendaraan listrik yang menggunakan nikel sebagai bahan dasar. Ia menyatakan bahwa baterai lithium berbasis nikel dapat didaur ulang. "Sedangkan baterai LFP sejauh ini masih belum bisa didaur ulang,” tuturnya.
RIZKI DEWI AYU | TIM TEMPO
Pilihan Editor: Polemik Hilirisasi Nikel, Cak Imin Siap Hadapi Luhut hingga Janjikan Evaluasi Kebijakan Mudarat