TEMPO.CO, Jakarta - Tim Nasional calon presiden-calon wakil presiden (Capres-Cawapres) nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar atau Timnas Amin merespons ajakan Menteri Marves Luhut Binsar Pandjaitan kepada Muhaimin alis Cak Imin melihat hilirisasi nikel.
Sebelumnya, Luhut menyatakan keinginannya untuk mengundang Cak Imin ke Weda Bay dan Morowali, setelah Cawapres nomor urut 1 itu mengkritik hilirisasi.
"Sesuatu yang menarik," kata Dewan Pakar Timnas Amin, Wijayanto Samirin, kepada Tempo, Jumat, 26 Januari 2024. "Kalau saya yang diundang, pasti akan hadir."
Wijayanto mengatakan undangan Luhut menarik dipenuhi meskipun, menurutnya, sesuatu bisa dipahami tanpa harus melihat langsung atau hadir secara fisik. Sebab, ia berujar, informasi bisa diperoleh media dan sumber-sumber lain yang kredibel.
"Kita mengagumi tabiat Nabi Muhammad, padahal tidak pernah bertemu. Semua informasi kita dapat dari hadis yang diriwayatkan oleh orang-orang terpercaya," ujar dia.
Ajakan Luhut kepada Cak Imin untuk mengunjungi Weda Bay dan Morowali disampaikan saat Luhut merespons kritik Cak Imin soal hilirisasi nikel. Dalam Debat Cawapres 2024 pada Minggu, 21 Januari 2024, Cak Imin memang mengatakan bahwa hilirisasi nikel dilakukan pemerintah secara ugal-ugalan. Akibatnya, terjadi kerusakan lingkungan, kecelakaan kerja, hingga masalah dominasi tenaga kerja asing.
"Saya pengen sebenarnya mengundang Muhaimin berkunjung ke Weda Bay, ke Morowali, untuk lihat sendiri," ujar Luhut melalui tayangan video yang ia unggah di Instagram @luhut.pandjaitan, Rabu, 24 Januari 2024. "Seeing is believing, daripada anda berbohong kepada publik."
Luhut juga mengatakan karakter Cak Imin tidak baik. Terlebih, cara dia menilai hilirisasi nikel itu dilakukan untuk mencaro posisi. "Anda membohongi publik dengan memberi informasi seperti tadi."
Lebih lanjut, Luhut mengklaim angka kemiskinan di Sulawesi Tengah menurun seiring adanya hilirisasi nikel. Luhut membantah pernyataan Cak Imin bahwa pertumbuhan ekonomi Sulawesi Tengah bisa naik 13 persen, tetapi rakyatnya tetap miskin dan tidak menikmati.
Menurut Luhut, pada 2015, angka kemiskinan di sana tercatat 14,7 persen. Kemudian, pada 2023, menurun menjadi 12,4 persen. Sementara itu, kemiskinan di Morowali menurun dari 15,8 persen pada 2015 menjadi 12,3 persen pada 2023. "Jadi, terjadi cukup perbaikan-perbaikan di sana," kata Luhut.
RIRI RAHAYU | ADINDA JASMINE PRASETYO
Pilihan Editor: Jadi Topik Panas Luhut Cs vs Tom Lembong, Ini 8 Negara dengan Cadangan Nikel Terbesar di Dunia