TEMPO.CO, Jakarta - Center for Strategic and International Studies (CSIS) membeberkan soal penurunan target energi baru terbarukan (EBT) yang disinggung Muhaimin Iskandar atau Cak Imin dalam Debat Pilpres semalam. Research Associate, Climate Research Unit CSIS Via Azlia Widiyati membenarkan terjadinya penurunan target EBT 2025, dari 23 persen menjadi 17 persen.
"Faktanya memang benar mengenai penurunan target tersebut. Juga yang lebih penting adalah mengenai aspek mengapa transisi energi tersebut terhambat," kata Via dalam diskusi di Jakarta pada Senin, 22 Januari 2024.
Ia menjelaskan isu kelembagaan menjadi salah satu penyebab transisi energi di Indonesia terhambat. Di Indonesia, PLN merupakan satu-satunya pemasok di Indonesia yang mengatur seluruh pasokan listrik. Sayangnya, bahan baku yang digunakan oleh PLN masih didominasi oleh bahan baku bahan bakar fosil.
Bahkan, ucap Via, terjadi surplus ketenagalistrikan di Indonesia yang berbahan bakar fosil. Hal ini mengakibatkan sulitnya percepatan pembangunan EBT di Indonesia. Kondisi ini pula yang menyebabkan sulitnya menarik investor asing untuk pembangunan EBT di Tanah Air.
Via juga menyoroti respons Cawapres nomor urut 3 Gibran Rakabuming Raka soal ini. Gibran mengatakan Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat tinggi. Faktanya, menurut Via, Indonesia memang kaya akan sumber daya alam dan memiliki potensi EBT yang sangat tinggi. Namun kenyataannya pada saat ini utilisasi untuk EBT di Indonesia ini sangat rendah.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) angka utilisasi EBT di Indonesia masih masih 0,3 persen. Musababnya, tutur Via, masifnya penggunaan pembangkit listrik dari bahan bakar fosil atau batubara di Indonesia membuat EBT masih kalah bersaing.
Menurut Via, hal itu juga yang mempengaruhi masalah pembiayaan. Ia menekankan hal yang penting saat ini adalah menggeser pemberian subsidi dan insentif, dari yang asalnya ke perusahaan-perusahaan batubara ke perusahaan dengan energi terbarukan.
Ia menilai strategi itu dapat meningkatkan daya saingnya EBT. Menurutnya, hal ini juga faktor krusial untuk mendorong persaingan yang lebih adil. Namun per disertai dengan peningkatan prioritas transisi energi, mengingat pembangkit listrik tenaga fosil atau batubara masih mendominasi di Tanah Air.
Pilihan Editor: Walhi Sebut Pernyataan Gibran Tak Sesuai Fakta: Food Estate Singkong Gagal, Tidak Pernah Panen