Ketiga, tanggul laut seperti yang sudah berdiri pada proyek Tol Tanggul Laut Semarang Demak (TTLSD), menguntungkan wilayah yang kuat seperti kawasan industri yang diutamakan pengembangannya. “Namun, merugikan yang lemah, seperti perkampungan nelayan karena semakin terpapar pada perubahan arus air laut yang menyebabkan abrasi pantai,” kata dia.
Keempat, kata dia, tanggul laut menimbulkan ketimpangan geografis antara wilayah barat dan timur, antara wilayah daratan dan pesisir Pantura Jawa. Martha berujar, tanggul laut akan mengurangi dampak banjir di wilayah daratan, tapi merusak ekosistem di wilayah pesisir.
“Selain itu, wilayah Pantura bagian timur akan menerima resiko hempasan gelombang laut akibat beban pembangunan di wilayah Pantura bagian barat, terutama dalam kasus TTLSD,” ujarnya.
Dampak negatif kelima, kata dia, tanggul mempersempit dan menutup ruang tangkap nelayan. Keenam, mematikan mangrove dan ekosistem pesisir. Ketujuh, memperparah banjir karena air dari darat terkepung di belakang tanggul.
“Terakhir, tanggul laut menciptakan kesenjangan wilayah antara perkotaan dan pedesaan, permbangunan terkonsentrasi di perkotaan,” kata dia.
Pilihan Editor: Estimasi Biaya Pembangunan Giant Sea Wall di Pantura Jawa Rp 164,1 Triliun