TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah bakal mempercepat pembangunan tanggul pantai dan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall di kawasan utara Jawa. Apa urgensinya?
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, Giant Sea Wall dibuat untuk mengatasi adanya ancaman banjir rob dan penurunan muka tanah atau land obsidence di wilayah utara Pulau Jawa.
Airlangga mengungkap, Pantai Utara atau Pantura Jawa terpantau mengalami variasi penurunan tanah sekitar 1 hingga 25 sentimeter per tahun. Di samping itu, tantangan lain yang mengintai adalah peningkatan permukaan air laut sebesar 1 hingga 15 sentimeter per tahun di beberapa wilayah, serta kejadian banjir Rob.
"Adanya ancaman land subsidence dan fenomena banjir rob yang terjadi di Kawasan Pantai Utara atau Pantura Jawa tidak hanya membahayakan keberlangsungan aktivitas ekonomi dan aset infrastruktur ekonomi nasional di wilayah tersebut, tetapi juga kehidupan jutaan masyarakat yang tinggal di wilayah tersebut," kata Airlangga dalam acara Seminar Nasional Strategi Perlindungan Kawasan Pulau Jawa Melalui Pembangunan Tanggul Pantai dan Tanggul Laut di Jakarta, Rabu, 10 Januari 2024.
Ia memperkirakan setidaknya terdapat 70 Kawasan Industri, 5 Kawasan Ekonomi Khusus, 28 Kawasan Peruntukan Industri, 5 Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri, dan wilayah perekonomian lainnya yang akan terdampak apabila penanganan permasalahan degradasi di Pantura Jawa tidak segera ditangani dengan baik.
“Estimasi kerugian ekonomi hanya di Jakarta saja Rp 2,1 triliun per tahun, jadi hanya di Jakarta. Sehingga tentu nilai dalam 10 tahun bisa Rp10 triliun per tahun kerugiannya,” katanya.
Berdasarkan penelitian JICA pada 2020, kata Airlangga, terungkap bahwa Kawasan Pantura Jawa berkontribusi sekitar 20,7 persen terhadap Produk Domestik Bruto (GDP) Indonesia melalui sektor industri, perikanan, transportasi, dan pariwisata.
"Sebagian besar dari aset kita yang paling berharga di republik ini, berupa lahan, bangunan dan infrastruktur berada di tengah ancaman tenggelam di wilayah Pantura Jawa," ucapnya.
Selain itu, Pantura Jawa juga merupakan tempat tinggal bagi populasi yang cukup padat, diperkirakan lebih dari 50 juta jiwa. Karena itu, kata Airlangga, penurunan tanah dan banjir rob akan sangat berdampak bagi kehidupan 50 juta masyarakat Indonesia.
Pilihan Editor: Banjir Rob di Pesisir Utara, Airlangga: Kerugian Ekonomi Bisa Sampai Rp 10 Triliun per Tahun