TEMPO.CO, Jakarta - Indonesia memasuki era baru dalam pengembangan industri smelter titanium. PT Bersahaja Berkat Sahabat Jaya menjadi pelopor dalam pembangunan smelter ini, menandai langkah maju Indonesia dalam pengolahan mineral menjadi produk bernilai tinggi.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyampaikan dukungan penuh pemerintah terhadap investasi di sektor smelter titanium. “Pemerintah secara aktif memacu hilirisasi industri dalam rangka peningkatan nilai tambah bahan baku mineral di dalam negeri,” Agus menuturkan dalam acara peluncuran di Kabupaten Bangka, Kepulauan Bangka Belitung, dikutip melalui keterangan tertulis pada Sabtu, 9 Desember 2023.
Smelter titanium ini menggunakan ilmenite sebagai bahan baku utama. Ilmenite adalah mineral yang kaya akan unsur titanium, ditemukan dari limbah pertambangan timah atau pasir zirconium. Dengan kehadiran smelter ini, Indonesia dapat meningkatkan nilai tambah dalam industri titanium, mengurangi ketergantungan pada impor, dan menciptakan lapangan kerja di sektor hilirisasi.
Menurut Agus, smelter titanium ini memiliki dampak positif terutama pada industri yang memanfaatkan titanium, seperti industri alat-alat kesehatan, pesawat terbang, pesawat luar angkasa dan peralatan militer. Ilmenite yang digunakan secara global utamanya untuk menghasilkan titanium dioksida (TiO2), pigmen, kapur putih, dan polishing abrasif.
Proyek smelter titanium ini bukan hanya berarti sebagai langkah maju dalam meningkatkan sektor industri dan kemandirian negara, tetapi juga mencerminkan pencapaian anak bangsa. Selain menjadi yang pertama di tanah air, pembangunan smelter ini dimulai oleh generasi muda. Investasi dalam smelter juga disebut bahwa sepenuhnya berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN). Selanjutnya, rencana untuk mengembangkan produksi turunan sebagai bagian dari upaya hilirisasi. “Yang terakhir, perusahaan ini dipimpin oleh putra daerah,” Agus menuturkan.
Dengan investasi mencapai Rp 1,3 triliun, smelter ini memiliki kapasitas produksi 100 metrik ton per hari. Proyek ini diharapkan dapat memenuhi kebutuhan titanium di dalam negeri dan global, serta memberikan kontribusi positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Menteri Perindustrian juga mengungkapkan pertumbuhan positif dalam sektor logam dasar, yang menjadi salah satu sektor unggulan penggerak utama pertumbuhan industri pengolahan nasional. Pada triwulan III tahun 2023, industri logam dasar mencapai kontribusi sebesar 10,86 persen (y-on-y) dengan pertumbuhan investasi sebesar 9,5 persen.
"Pertumbuhan ekspor produk industri logam mengalami ekspansi sebesar 1,72 persen (y-on-y), dan pertumbuhan impor mengalami kontraksi sebesar 24,97 persen (y-on-y), sehingga neraca perdagangan industri logam dasar mengalami surplus sebesar USD 5,6 miliar," Agus menjelaskan.
Kinerja positif juga terlihat dalam Indeks Kepercayaan Industri (IKI) pada November 2023, yang menunjukkan indikasi ekspansi. Subsektor industri logam dasar masih berada pada level ekspansi menurut Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) 24. Hasil Purchasing Managers' Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada November 2023 mencapai level 51,7, menandakan ekspansi selama 27 bulan berturut-turut.
Agus juga menyatakan bahwa pembangunan industri smelter turut berkontribusi positif pada pertumbuhan sektor industri lainnya. Dengan adanya peningkatan investasi, diharapkan jumlah penyerapan tenaga kerja juga akan bertambah, memberikan dampak positif pada perekonomian lokal.
“Kabar baik dari sektor industri ini, juga turut andil karena adanya pembangunan industri smelter seiring dengan program hilirisasi yang diharapkan dapat memberikan penyediaan bahan baku yang beragam serta dalam jumlah yang cukup. Sehingga dapat memberikan dampak positif bagi pertumbuhan sektor industri lainnya,” Agus mengungkapkan.
Pilihan Editor: Saran Chatib Basri untuk Anies, Prabowo, dan Ganjar Supaya Ekonomi Tumbuh di Atas 6 Persen