TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo alias Jokowi mengatakan situasi global masih penuh dengan ketidakpastian. Begitu pula dengan kondisi geopolitik yang tidak kunjung membaik, tapi justru semakin memanas.
“Potensi krisis dan potensi resesi tidak semakin mereda, tapi semakin menguat,” ujar Jokowi dalam acara penyerahan secara digital Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2024, Rabu, 29 November 2023. “Dampak perubahan iklim juga semakin nyata, semakin keliatan, dan kita rasakan semuanya.”
Oleh sebab itu, Jokowi mengimbau masyarakat untuk terus waspada. “Saya ingin mengingatkan kita semua. Kita harus terus waspada. Hati-hati, waspada,” tuturnya.
Selain itu, Jokowi juga meminta untuk menggunakan anggaran negara yang diberikan secara disipilin, teliti, dan tepat sasaran. “Kedepankan transparansi dan akuntabilitas. Jangan membuka celah sedikit pun untuk penyalahgunaan anggaran, berkaitan dengan korupsi apalagi. Tutup celah itu,” ujar dia.
Dalam kesempatan yang sama, Jokowi secara resmi menyerahkan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan Buku Daftar Alokasi Transfer ke Daerah (TKD) Tahun Anggaran 2024. Dia berharap anggaran ini dapat dieksekusi segera.
“Eksekusinya sesegera mungkin, bolak balik saya sampaikan. Januari segera dimulai anggaran itu. Realiasikan secepat-cepatnya,” kata Jokowi.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya mengatakan ketidakpastian ekonomi global disebabkan beberapa faktor, salah satunya volatilitas sektor keuangan, terutama dari negara maju yang masih sangat dominan.
Sri Mulyani menuturkan, selama September-Oktober 2023, volatilitas dari sektor keuangan, terutama dari negara maju masih sangat dominan. Ia berujar, imbal hasil (yield) US Treasury atau obligasi AS mengalami dinamika cukup tinggi.
"Bahkan, pada Oktober lalu sempat mencapai di atas 5 persen," kata Sri Mulyani dalam dalam konferensi pers APBN Kita pada Jumat, 24 November 2023.
Menurut Sri Mulyani, capaian itu merupakan capaian pertama kali sejak 2007. Karena itulah capital outflow terjadi di berbagai negara. Ia juga mengatakan situasi di Amerika Serikat itu menyebabkan suku bunga tinggi dan menciptakan higher cost of fund.
"Suku bunga yang higher for longer (tinggi lebih lama), menyebabkan makin tingginya biaya untuk meminjam dari seluruh negara di dunia," ujar Sri Mulyani.
DEFARA DHANYA PARAMITHA | RIRI RAHAYU
Pilihan Editor: Jokowi Jawab Kritik Anies soal IKN Picu Ketimpangan: Justru Sebaliknya, Kita Ingin Indonesia-sentris