TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menceritakan sisi positif dan negatif dari teknologi digital di dunia. Hal itu diungkap dalam Indonesia Digital Summit 2023 yang digelar oleh Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) di Hotel Four Season, Jakarta Selatan, pada Selasa, 28 November 2023.
Sri Mulyani mengingat zaman non-digital saat masih ada kaset tape recorder, kaset pita, compact disk (CD), hingga komputer yang tebal. Namun, kata dia, apa yang diimpikan saat itu, sekarang sudah menjadi kenyataan, terutama dengan adanya revolusi digital pada 20 tahun terakhir.
Saat ini ada TV ukuran raksana, electronic video camera, TV layar datar, ponsel bisa dilipat, domestic robot, dan pengiriman secara eletronik (electronic delivery). Menurut Sri Mulyani, itu semua adalah mimpi masa lalu yang menjadi kenyataan hari ini.
“Kalau bicara tentang kenyataan hari ini yang mungkin dulu dalam berbagai pembicaraan itu masih merupakan mimpi atau sesuatu yang dianggap utopis,” kata Sri Mulyani.
Bendahara negara itu lalu mengenang film James Bond yang berjudul The Spy Who Loved Me yang dirilis pada 1977. Di dalam film itu, Roger Moore yang berperan sebagai James Bond menerima pesan melalui jam tangannya—meskipun pesannya masih keluar dalam bentuk cetak dan muncul melalui jam tangannya itu.
Saat itu, kata Sri Mulyani, arloji tersebut terlihat canggih. Namun hari ini, semua orang menggunakannya dan terpasang di lengan banyak orang. Jadi, dia berujar, banyak sekali perubahan karena adanya teknologi didital yang sudah mainstream dan tertanam di dalam kehidupan sehari-hari.
“Jadi mau kemana hari ini? So many unlimited energy sources (Begitu banyak sumber energi yang tidak terbatas) yang akan muncul,” ucap Sri Mulyani.
Ditambah lagi dengan adanya potensi kecerdasan buatan (AI). Di mana saat ini orang membayangkan bahwa AI sesuatu yang masih jauh dan asing. Padahal, setiap hari banyak orang diatur oleh AI. Mulai dari melihat ponsel, tontonan YouTube, TikTok, bahkan Instragram.
“Sudah diatur bahwa si A senang nonton seperti ini. Senangnya lihat kucing, yang muncul banyak kucing. Senang lihat tanaman, keluarnya banyak tanaman. Maka oleh AI didesain,” tutur dia.
Terkadang, Sri Mulyani juga mengagumi peralatan digital seperti lebih mengerti dibandingkan dengan orang terdekatnya. Menurut dia, itu semua karena teknologi AI. Teknologi yang memiliki intelijensi yang sifatnya artificial, serta menggunakan seluruh informasi. “Namun itu adalah cerita positif.”
Meski begitu, ada juga cerita buruk dari digital teknologi. Di mana dalam dua bulan terakhir ada tiga episode kasus yang ramai diperbincangkan. Pertama, pekan lalu CEO OpenAI Sam Altman yang dipecat. Menurut Sri Mulyani, pemiliki platform chatGPT itu adalah salah satu AI yang dikembangkan dengan pemikiran para ahli.
Mereka merasakan bahwa AI di satu sisi memberikan banyak potensi tapi di sisi lain juga bisa berdampak negatif. Para ahli merasa bahwa AI bisa menjadi tantangan atau ancaman bahkan untuk kemanusiaan. Sehingga tata kelolanya tidak mengikuti tata kelola seperti korporat biasa.
“Korporasi biasanya adalah shareholder, dari sisi dewan komisarisnya yang mengawasi jalan dari eksekutifnya. Di OpenAI ini dewan komisarisnya adalah semuanya, non-shareholder,” tutur Sri Mulyani. “Microsoft yang masukin uang besar pun not even sit on the board (bahkan tidak duduk di dewan), sehingga menimbulkan banyak sekali persoalan.”
Intinya, dia menjelaskan, digital teknologi dan berbagai proyeksi akan ditawarkan dengan yang akan menimbulkan dampak kemanusiaan, sosial, politik, ekonomi, dan finansial. Itu tata kelolanya belum pasti. Bahkan di forum G20, India, beberapa waktu lalu, para pemimpin hampir semua bicara mengenai AI.
“Semuanya mengatakan I think we need to regulated, to formulated a certain policy (saya pikir kita perlu mengatur, merumuskan kebijakan tertentu). Ini adalah area yang masih sangat terbuka,” kata Sri Mulyani.
Kasus kedua adalah CEO FTX Sam Beckman—pemilik platform mata uang kripto—yang sekarang menjadi pelaku penipuan. Sebagian orang mungkin mengikuti, di mana dulu sempat demam investasi kripto. Bahkan, ada yang bilang jika tidak investasi kripto maka akan ketinggalan zaman.
“Dan kemudian orang ini, Sam Beckman, ternyata pelaku penipuan terbukti dan dia akan masuk penjara. Justice collaborator-nya adalah seluruh teman-temannya, dia juga CTO dan CFO-nya,” tutur dia.
Kasus ketiga yang terbaru adalah dari dunia kripto lainnya yaitu CEO Binance Changpeng Zhao. Aplikasi bursa mata uang kripto itu ditutup, karena platform-nya ditengarai berhubungan dengan aktivitas finansial ilegal. “Ini adalah another dark side dari apa yang disebut teknologi digital,” ujar Sri Mulyani.
Dia tak menampik bahwa teknologi digital akan membuka begitu banyak kemungkinan. Menurut Asian Development Bank (ADB) ada banyak sekali perkembangan digital teknologi mulai dari toko daring (e-commerce), transportasi, online travel, media online, financial technology, dan lainnya. Bahkan untuk kesehatan dan edukasi lanskapnya sangat berbeda. “Termasuk cara memberikan layanannya juga berbeda,” kata dia.
Pilihan Editor: Stafsus Sri Mulyani Pastikan Pajak UMKM 0,5 Persen Tetap Berlaku