TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan penerimaan pajak sudah mencapai 88,69 persen dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN). Ia berujar, hingga Oktober 2023, negara menerima pajak senilai Rp 1.523,7 triliun.
"Kami cukup optimistis sampai akhir tahun, target Rp 1.818 triliun bisa tercapai," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita pada Jumat, 24 November 2023.
Soal komposisi pajak yang diterima negara sejauh ini, Sri Mulyani menuturkan PPh nonmigas meningkat tercatat Senilai Rp 836,79 triliun dan PPN dan PPnBM senilai Rp 599,18 triliun. Kemudian, PBB dan pajak lainnya senilai Rp 28,74 triliun serta PPh migas senilai Rp 58,99 triliun.
Penerimaan pajak dari semua sektor meningkat, kecuali sektor minyak dan gas (migas). Sebab, migas justru turun karena harga migas mengalami penurunan.
"Lifting migas juga turun. Sehingga, PPh migas turun 13,20 persen dari tahun sebelumnya Rp 58,99 triliun," tutur Sri Mulyani.
Secara year to date atau Sampai Oktober, pertumbuhan penerimaan pajak tercapai 5,3 persen. Capaian ini jauh lebih rendah dibanding tahun lalu 51,7 persen. "Tapi memang tidak mungkin penerimaan pajak akan selalu tumbuh di atas 50 persen," kata dia.
Bendara negara itu juga mengatakan pertumbuhan penerimaan pajak tahun ini melambat dibanding tahun lalu. Hal ini disebabkan penurunan signifikan harga komoditas, penurunan nilai impor, dan tidak berulangnya kebijakan Program Pengungkapan Sukarela (PPS).
Pilihan Editor: Sri Mulyani: APBN Oktober 2023 Defisit Rp 700 Miliar