TEMPO.CO, Jakarta - Topik ekonomi global pastinya tidak akan berjauhan dengan utang yang dimiliki oleh berbagai negara.
Utang tersebut, menjadi alat penting untuk mendanai proyek besar yang memicu pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, utang juga bisa menjadi beban apabila tidak dapat dikelola secara bijaksana.
Utang negara Indonesia saat ini mencapai Rp 7.787,51 triliun hingga Mei 2023, dengan rasio terhadap produk domestik bruto (PDB) sebesar 37,85 persen. Nominal tersebut telah turun dibandingkan dengan periode akhir April 2023 yang mencapai Rp7.849,89 triliun.
Berdasarkan data World Population Review dan Global Fire Power 2023 yang dinilai melalui kriteria absolut dalam dolar AS dan rasio domestik bruto (PDB), ketahui 5 daftar negara dengan utang terbanyak berikut ini.
1. Amerika Serikat
Amerika Serikat diketahui memiliki utang sebesar 31,45 triliun dolar AS atau setara dengan 133,6% dari produk domestik bruto (PDB). Pinjaman tersebut, berasal dari berbagai sumber seperti pemerintah federal, negara bagian, pemerintah lokal, perusahaan, rumah tangga, dan individu.
Selain itu, mencakup tunggakan luar negeri mencapai 7,07 triliun dolar AS pada akhir tahun 2020, yang disebut sebagai utang luar negeri terbesar di dunia. Pinjaman ini berasal dari pembelian obligasi pemerintah oleh negara-negara lain, seperti China, Jepang, dan Inggris.
Dampak positif dari utang ini untuk Amerika Serikat yakni meningkatkan pertumbuhan ekonomi, investasi, dan konsumsi. Sementara dampak negatifnya dapat meningkatkan beban bunga, risiko krisis keuangan, dan ketergantungan pada pihak asing.
2. Jepang
Negara selanjutnya dengan utang terbesar adalah Jepang. Pinjaman sebesar 13,05 triliun dolar AS ini, setara dengan 234,18% dari PDB negara Jepang. Tunggakan tersebut berasal dari kebijakan fiskal untuk mengatasi krisis ekonomi dan deflasi yang dialami negara Jepang sejak tahun 1990-an.
Sebagian besar utang Jepang dimiliki oleh pihak domestik, seperti bank, perusahaan asuransi, dan dana pensiun.
Utang domestik Jepang mencapai 11,64 triliun dolar AS pada akhir tahun 2020 dan berasal dari penerbitan obligasi pemerintah oleh Bank of Japan (BOJ), yakni bank sentral negara tersebut.
Tunggakan Jepang memiliki dampak positif dan negatif bagi perekonomian negara tersebut. Dampak positifnya adalah semua pinjaman dapat membiayai pengeluaran publik, menstimulasi permintaan agregat, dan menurunkan suku bunga.
Sedangkan dampak negatifnya dapat menurunkan kredibilitas fiskal, meningkatkan inflasi, dan mengurangi ruang fiskal.