Secara kumulatif, ekspor periode Januari-September 2023 mencapai US$ 192,27 miliar. Sedangkan untuk impor Indonesia mencatatkan nilai sebesar US$ 17,34 miliar atau turun 12,45 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Penurunan nilai impor terjadi pada bahan baku dan bahan baku penolong serta barang modal, sementara impor barang konsumsi masih tumbuh sebesar 4,74 persen (yoy). Secara kumulatif impor periode Januari-September 2023 tercatat US$ 164,52 miliar.
Tak hanya Indonesia, penurunan nilai ekspor dan impor tidak juga terjadi pada banyak negara mitra dagang utama Indonesia, di antaranya yakni Tiongkok, India, Amerika Serikat, Vietnam, dan Korea Selatan, sejalan dengan tren perlambatan ekonomi global.
Meski dari nilai ekspor terjadi penurunan, namun dari volume, ekspor Indonesia masih menunjukkan peningkatan sebesar 7,29 persen selama periode Januari-September 2023.
Adapun volume ekspor unggulan Indonesia, seperti bahan bakar mineral termasuk batu bara, minyak hewani atau nabati, besi baja, dan juga nikel masih mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Febrio menyebut, dalam menghadapi tantangan perlambatan global yang semakin kompleks, pemerintah tetap optimistis dan berkomitmen untuk mengatasi dampak dari perlambatan ekonomi global.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah dengan memantau secara cermat dampak perlambatan global terhadap ekspor nasional.
“Pemerintah juga telah menyiapkan langkah antisipasi melalui dorongan terhadap keberlanjutan hilirisasi SDA, peningkatan daya saing produk ekspor nasional, serta diversifikasi mitra dagang utama," ujarnya.
Pilihan Editor: Jokowi Sebut Investasi Cina Seperti Bruce Lee: Cepat dan Tepat