Menurut Novrizal, ke depan ekonomi sirkular menjadi faktor yang menentukan dalam mengatasi masalah sampah plastik. Ditambah lagi dengan dukungan kebijakan melalui konten daur ulang yang ditungkatkan, sehingga dengan sendirinya ekonomi sirkular bisa tumbuh dengan baik.
Selain itu, dia melanjutkan untuk mendukung ekonomi sirkular dalam penanganan sampah plastik juga perlu dibangun ekosistem dari hulu hingga hilir. “Tadi saya tunjukkan industri hilir itu adalah ekosistem di hilir, ekosistem di hulu itu adalah mulai dari kita sendiri, individu, rumah tangga. Memilah sampah di rumah itu adalah ekosistem penting sebenarnya,” ucap dia.
Novrizal mengatakan ada pula yang terlibat dalam ekonomi sirkular yakni partisipasi publik melalui gerakan bank sampah atau sedekah sampah yang mulai tumbuh di Indonesia. Termasuk juga tumbuhnya social ecopreneur. Ditambah lagi dengan pemerintah yang meningkatkan kapasitas sektor informal yang selama ini menjadi tulang punggung dari ekosistem itu sendiri.
“Jadi kita bisa lihat mungkin hampir 80 persen misalnya bahan baku industri kertas yang berasal dari sampah kertas itu di-supply-nya dari sektor informal,” kata Novrizal.
Bahkan, konsep ekonomi sirkular itu tidak hanya diterapkan pada sampah plastik, termasuk sampah kertas, dan sampah organik.“Jadi kalau sampah organik itu diolah teknologi misalnya maggot atau komposting itu masuk kategori menurut teorinya masuk ke sirkular ekonomi. Jadi kita juga mendorong itu sebenar ya,” ujar dia.
Pilihan editor: KLHK Minta Stockpile Batu Bara di Marunda Tak Beraktivitas Hingga Dokumen Lingkungan Lengkap