TEMPO.CO, Jakarta - Pagi ini, masyarakat Melayu Pulau Rempang berkumpul di Lapangan Sepakbola Dataran Muhammad Musa, Kampung Sembulang, Kelurahan Sembulang, Kecamatan Galang. Dalam aksi tersebut, para warga menyatakan sikap menolak penggusuran dan relokasi demi pembangunan kawasan industri Rempang Eco City.
Masyarakat membantah klaim Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia bahwa 70 persen warga Pulau Rempang bersedia digusur ke Tanjung Banon, Kota Batam untuk pembangunan tersebut.
“Kami di sini punya tanah, bukan mencuri hak orang lain. Tapi itu tanah yang diperjuangkan orangtua kami dulu. Kami pertahankan,” kata salah satu warga, dikutip dari keterangan tertulis pada Rabu, 11 Oktober 2023.
Mereka berkumpul sekitar pukul 08.00 WIB. Warga terus berduyun datang, menggunakan sepeda motor, truk dan kendaraan roda empat lain. Aksi ini juga dilakukan untuk memperingati perjuangan masyarakat Melayu dalam mendukung warga Pulau Rempang pada 11 September 2023 laku.
Seperti diketahui, tepat pada sebulan lalu ada 35 warga yang ditahan di Mapolresta Barelang dan Mapolda Kepri. Mereka ditangkap akibat kerusuhan yang terjadi saat aksi demonstrasi di kantor Badan Pengusahaan (BP) Batam kala itu. Hingga saat ini, 35 warga tersebut masih ditahan.
Sementara itu, pemerintah terus melanjutkan rencana pembangunan Rempang Eco City. Kawasan industri ini akan diisi berbagai industri, mulai dari pariwisata, jasa, hingga perumahan. Proyek pembangunan ini merupakan hasil dari kunjungan Presiden Joko Widodo atau Jokowi ke China beberapa waktu lalu.
Sejumlah perusahaan dikabarkan menanamkan modal investasi untuk Proyek Strategis Nasional (PSN) ini. Beberapa di antaranya yaitu PT Mega Elok Graha (MEG) dan Xinyi Group. Xinyi Glass Holdings Ltd, anak perusahaan Xinyi Group disebut akan menggelontorkan duit investasi sebesar Rp 381 triliun hingga 2080.