Sebagian besar petani di desa dan kelurahan itu harus gigit jari karena hanya mendengar kabar harga gabah tinggi tanpa bisa ikut menikmati 'pesta' akibat lonjakan harga tersebut. "Bukan gigit satu jari saja, tetapi empat jari yang digigit," ujar Nursalim di hadapan Kefas, petugas dari Direktorat Jenderal Irigasi, Kementerian Pertanian dalam kunjungan kerjanya di Lumajang, Selasa pagi, 26 September 2023.
Hal yang sama juga diungkapkan beberapa petani Desa Boreng dan Desa Blukon. "Lahan pertanian saya kurang lebih satu hektare, saya biarkan begitu saja. Tidak saya tanami," kata Imron, petani Desa Boreng.
Selama dua tahun setengah terakhir ini, Imron tidak menanami lahannya karena saluran irigasi di desa itu tidak lagi mendapat pasokan air dari dam Gambiran. "Pemerintah tidak mampu mengatasi kekeringan di Desa Boreng, Blukon dan Kelurahan Rogotrunan," ujar Imron dengan nada emosi.
Lutfi, petani warga Kelurahan Rogotrunan, Kecamatan Lumajang mengatakan, masalah kekeringan yang melanda satu desa dan tiga kelurahan itu utamanya karena masalah infrastruktur pengairan dam Gambiran yang tidak kunjung dituntaskan oleh pemerintah daerah.
Potensi Pendapatan Petani Hilang Lebih dari Rp 100 Miliar
Ia menyesalkan pemerintah periode kepemimpinan Bupati Thoriqul Haq yang tidak bisa memecahkan persoalan kekeringan yang melanda ratusan hektare lahan pertanian di satu kelurahan dan dua desa di Kecamatan Lumajang itu. Hal ini berdampak pada hilangnya potensi pendapatan petani.
Jika dikalkulasi, potensi pendapatan petani padi hilang bisa lebih dari Rp 100 miliar selama kurang lebih tiga tahun terakhir ini. Persoalan ini mempengaruhi roda perekonomian di tiga wilayah itu.
Hari Tani yang jatuh setiap 24 September, kata Lutfi, kini menjadi sebuah ironi bagi petani di satu kelurahan dan tiga desa sekaligus. "Lahan pertanian seluas 350 hektare krisis air."
Sedangkan solusi yang diharapkan petani tak ubahnya hanya seperti mimpi. "Janji pemerintah cuma sekedar janji," kata Lutfi menambahkan.
Subakir, Ketua Himpunan Petani Pengguna Air (HIPPA) Desa Boreng mengatakan toko-toko kelontong di daerah pun kini sepi pembeli. "Banyak buruh tani yang kehilangan pekerjaan karena banyak lahan yang tidak dikerjakan," ujar Subakir, Selasa 26 September 2023.
Selanjutnya: Tidak hanya berdampak pada lahan pertanian...