Sementara itu, Sekretaris Jenderal Asperindo Trian Yuserma menyebut ada dugaan praktik persaingan tidak sehat dalam beberapa waktu terakhir. Ini menjadi perhatian pelaku industri ekspedisi dan pos, khususnya pelaku usaha lokal.
Asperindo lantas menduga telah terjadi monopoli antara platform e-commerce dan ekspedisi tertentu. Sehingga bisa menggerus pangsa pasar pelaku usaha lainnya.
Kontrak eksklusif itu diduga menawarkan tarif jasa pengiriman yang sangat rendah. Sehingga sulit disaingi pelaku usaha lain atau erat dengan strategi 'bakar uang'.
"Bagaimana bisa ada cost reduction di industri ini? Kami mengelola biaya ada yang naik, ada yang turun, dan ada juga yang tetap. Tapi secara keseluruhan pasti tetap naik karena biaya upah terus naik, harga bensin naik," ujar Trian, dikutip dari Koran Tempo edisi hari ini.
Dia menilai, kebijakan ini secara langsung juga merugikan konsumen, baik penjual maupun pembeli. Pasalnya, konsumen tidak bisa lagi memilih ekspedisi sesuai dengan preferensinya.
"Tren bakar duit semacam ini jelas tidak sehat. Banyak seller juga yang mengeluh," kata Trian.
AMELIA RAHIMA SARI | GHOIDA RAHMAH | EFRI ARITONGA
Pilihan editor: KPPU Denda PT Len Rp 6 M karena Kasus Tender Persinyalan Kereta Api Bogor-Cicurug