TEMPO.CO, Jakarta - Lebih dari 80 organisasi filantropi dan mitra mendirikan Philanthropy Asia Alliance (PAA) pada pekan lalu. Gerakan yang diinisiasi oleh Temasek Trust tersebut mengumpulkan dana lebih dari Sing$ 1 miliar atau lebih dari Rp 11 triliun dari anggotanya. Di antara anggota PAA, terdapat perusahaan dan organisasi filantropi Indonesia yang turut menyumbang ratusan miliar rupiah.
“Terbentuknya PAA didorong oleh peluang besar untuk memobilisasi aksi kolektif untuk mengkatalisasi dan meningkatkan solusi Asia bagi dunia,” kata Lim Seok Hui, CEO Philanthropy Asia Alliance, dalam peluncuran PAA di Singapura pada Jumat, 15 September 2023. PAA akan memanfaaatkan kekuatan anggota dan mitranya untuk menjalankan berbagai program yang telah dicanangkan. “Untuk mewujudkan hal yang tidak mungkin menjadi mungkin,” katanya.
Pembentukan PAA direncanakan sejak tahun lalu, yang diumumkan oleh Ho Ching, Chairman Temasek Trust, pada Philanthropy Asia Summit 2022. Temasek Trust, yang didirikan oleh Temasek Holdings, bertugas sebagai pengelola aset filantropi yang dikumpulkan dari para donatur sebagai dana abadi. Temasek Trust sendiri menyumbang US$ 100 juta.
Inisiator PAA Asal Indonesia
Selain Temasek Trust, pada awal pendirian ada empat perusahaan dan organisasi lain yang menjadi inisiator. Dua di antaranya dari Indonesia, yakni Tanoto Foundation dan Sinar Mas. CEO Tanoto Foundation, J. Satrijo Tanudjojo, mengatakan organisasinya diundang oleh Temasek Trust untuk duduk bersama membicarakan pembentukan PAA. “Karena kami juga sudah lama bergerak di dunia filantropi,” kata Satrijo.
Menurut Satrijo, setelah sepakat membentuk PAA, organisasinya menyumbang US$ 25 juta dolar, atau setara Rp 384 miliar dalam kurs saat ini. Demikian juga tiga pendiri PAA lainnya selain Temasek. Sehingga, pada awal pendirian PAA terkumpul US$ 200 juta.
Setelah itu, berbagai perusahaan dan organisasi filantropi bergabung. Dari Amerika, di antaranya ada Bill & Melinda Gates Foundation, Bloomberg Philanthropies, The Rockefeller Foundation, hingga Dalio Philanthropies. Dari Eropa dan Timur Tengah, di antaranya ada Badr Jafar, BirdLife International, hingga World Economic Forum. Dari Asia Pasifik, selain Temasek Trust, ada juga DBS Foundation, National University of Singapore, Fast Retailing Foundation, Li Ka Shing Foundation, hingga Chaudhary Foundation.
Tak semua perusahaan dan organisasi tersebut menjadi anggota dewan pengarah PAA. Hanya perusahaan dan organisasi filantropi yang menyumbang di atas US$ 25 juta yang bisa menjadi anggota dewan pengarah. Pada saat PAA diluncurkan pekan lalu, dana yang terkumpul mencapai US$ 777 juta atau lebih dari Sing$ 1 miliar (lebih dari Rp 11 triliun).
Dana tersebut kemudian dikelola oleh Temasek Trust sebagai dana abadi dan menjadi semacam sovereign wealth fund (SWF). Keuntungan dari investasinya kemudian disalurkan untuk mendanai 29 program yang dicanangkan PAA, yang terbagi ke dalam tiga mandat, yakni yakni iklim dan alam, pendidikan holistik dan inklusif, serta kesehatan global dan publik. “Siapa pun bisa mengakses dana tersebut asalkan sesuai visi dan misi PAA dan masuk kriteria yang ditetapkan,” kata Satrijo.
Kendati demikian, kata Satrijo, Tanoto Foundation berkomitmen untuk tak menerima dana tersebut. “Kami tetap membiayai program di Tanoto Foundation dengan dana sendiri,” katanya. Sebelum PAA terbentuk, Tanoto Foundation bergerak dalam pengentasan kasus stunting dan peningkatan kapasitas guru di berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Satrijo, alasan Tanoto Foundation bergabung dalam PAA karena ingin memberikan dampak lebih luas terhadap masyarakat. “Sebagai anggota pendiri aliansi, kami ingin bekerja sama dengan anggota lainnya untuk meningkatkan skala dan dampak kerja filantropi di Asia,” katanya.
Hal serupa disampaikan Presiden Direktur Sinar Mas Singapura, Bernard Tan. “Perusahaan besar merupakan pemangku kepentingan yang penting karena kita dapat memicu perubahan. Tapi untuk dampak yang lebih besar, kita membutuhkan skala yang lebih besar. Hal ini membutuhkan kelompok yang lebih besar yang bekerja bersama-sama,” ujarnya. “PAA, tempat para filantropis berkumpul untuk mendorong perubahan, merupakan awal yang baik.”
Organisasi Lain yang Berdonasi US$ 25 Juta
Organisasi lain yang juga menyumbang sedikitnya US$ 25 juta untuk inisiatif ini, antara lain, HCLTec dan Shiv Nadar Foundation dari India. Roshni Nadar Malhotra, Chairperson HCLTech dan Wali Amanat Shiv Nadar Foundation menyatakan senang bisa bekerja dengan PAA. “Kami berkomitmen untuk mendorong perubahan positif melalui pendidikan holistik dan inklusif di India. Sehubungan itu, kami berkomitmen memberikan donasi US$ 25 juta dolar selama 10 tahun,” katanya.
Sembcorp Industries yang berbasis di Singapura juga mendonasikan dana sejumlah itu untuk mendukung upaya mengurangi emisi karbon. “Kami berharap dapat memberikan dampak positif bersama PAA melalui komitmen sebesar US$25 juta,” kata Wong Kim Yin, Presiden dan CEO grup usaha tersebut.
Meski baru diluncurkan, PAA sebenarnya sudah menginisiasi program yang menjadi mandat pembentukan aliansi filantropi ini. Untuk mandat iklim dan alam, program yang sedang berjalan meliputi dekarbonisasi beras yang dilakukan Temasek Life Sciences Laboratory dan berlokasi di Asia Tenggara, katalisasi kerangka kerja untuk solusi karbon biru Climateworks Centre di Indonesia dan global, konservasi laut melalui perlindungan dan produksi oleh Conservation International yang juga dilaksanakan di Indonesia dan global.
Untuk mandat kesehatan global dan publik, programnya meliputi pembangunan kapasitas genomik untuk menghilangkan penyakit menular oleh Duke-NUS Medical School dengan lingkup Asia, penyediaan akses ke air bersih di India oleh Evidence Action, ikhtiar merintis cakupan kesehatan universal di Filipina oleh CareSpan Asia dan Temasek Foundation.
Adapun untuk mandat pendidikan holistik dan inklusif, programnya meliputi penyediaan pendidikan dan perawatan masa kanak-kanak yang berkualitas oleh OneSky di Vietnam, dan pemberian kesempatan kedua bagi anak perempuan di India pada Pendidikan oleh Educate Girls.
“Area fokus baru dapat ditambahkan seiring berjalannya waktu,” kata Chairman Temasek Holdings Lim Boon Heng.