TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkap perkembangan harga komoditas yang cukup menarik hingga Agustus 2023. Mulai dari harga minyak yakni brent—salah satu jenis minyak bumi yang diperdagangkan di dunia—yang mengalami kenaikan 9,8 persen year to date (YtD) atau mendekati di sekitar US$ 95 per barel.
“Tentu kita semua mengikuti pergerakan harga minyak, ini ditentukan oleh signal dari Saudi dan Rusia yang melakukan pengendalian dan pengurangan supply minyak,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers APBN Kita yang disiarkan langsung di akun YouTube Kemenkeu RI pada Rabu, 20 September 2023.
Sementara di sisi permintaan, Sri Mulyani menambahkan, outlook dari ekonomi Amerika Serikat relatif resilience meski dihantam inflasi dan suku bunga tinggi. Sedangkan di Cina meskipun ekonominya melemah, permintaan terhadap minyak tidak menurun.
Sehingga, kata bendahara negara, hal itu menjadi penyebab kenapa brent oil naik pada level yang cukup tinggi dalam waktu yang sangat singkat. “Komoditas yang lain masih meneruskan situasi penurunan atau koreksi dibandingkan tahun lalu yang sangat acceptional,” tutur Sri Mulyani.
Komoditas lainnya, crude palm oil (CPO) mengalami penurunan 15,6 persen dibandingkan tahun lalu atau YtD dari awal tahun. Gas turun 30,7 persen dari awal tahun YtD. Coal bahkan turunnya lebih tajam lagi yakni 56,8 persen. “Sementara beberapa komoditas pangan seperti gandum, soybean, dan coan juga mengalami koreksi,” ucap Sri Mulyani.
Pilihan Editor: Sri Mulyani: APBN hingga Agustus 2023 Surplus Rp 147,2 Triliun